Minamoto Yoritomo, Samurai yang Jadi Shogun Pertama Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Jumat, 7 Juli 2023 | 22:00 WIB
Dalam sejarah Kekaisaran Jepang, Minamoto Yoritomo adalah samurai yang dikenal sebagai pendiri bakufu atau shogun. Perjuangannya menjadi pembuka bagi kelas samurai untuk berkuasa selama 700 tahun ke depan. (Tokyo National Museum)

Nationalgeographic.co.id—Dalam sejarah Kekaisaran Jepang, Minamoto Yoritomo adalah samurai yang dikenal sebagai pendiri bakufu atau shogun. Shogun adalah sebuah sistem di mana penguasa feodal memerintah Kekaisaran Jepang selama 700 tahun. Di sinilah kelas samurai berkuasa selama 700 tahun lamanya.

Menentang Kaisar Jepang, Yoritomo mendirikan shugo (polisi) dan jito (pelayan distrik) di seluruh provinsi Jepang. Tindakannya itu merongrong kekuasaan administrasi lokal pemerintah pusat. Pada akhirnya, pada tahun 1192 ia memperoleh gelar komandan tertinggi (shogun) atas shugo dan jito.

Latar belakang aristokrat dan militer Yoritomo, samurai yang menjadi shogun pertama

Sebagai seorang bangsawan, Yoritomo adalah keturunan Kaisar Seiwa. Terjemahan alternatif dari nama keluarganya, Minamoto, adalah Genji. Nama ini diabadikan dalam The Tale of Genji (Genji Monogatari) karya Murasaki Shikibu, salah satu novel paling awal dan terhebat di dunia.

“Berasal dari keluarga bangsawan dan kekaisaran, Yoritomo tidak sabar dengan seluk-beluk budaya dan istana,” tulis Keiji Nagahara di laman Britannica. Dia menginginkan kekuasaan. Ironisnya, Yoritomo memiliki sifat pencemburu, curiga, dan berhati dingin, bahkan di lingkungannya sendiri.

Faktanya, dia melangkah lebih jauh dengan melikuidasi beberapa hubungan dekat dengan orang penting di Kekaisaran Jepang. Tapi begitu berkuasa, dia terbukti sebagai administrator yang hebat.

Masa muda Yoritomo

Yoritomo adalah putra ketiga dari Minamoto Yoshitomo, yang pada tahun 1159 berusaha menghancurkan Taira Kiyomori. Taira Kiyomori adalah keturunan dari keluarga militer dominan lainnya, Klan Taira.

Dalam Pertempuran Heiji, Yoshitomo dikalahkan dan putranya Yoritomo ditangkap dan dibuang ke provinsi Izu. Di sana Yoritomo tinggal di bawah pengawasan Taira selama 20 tahun.

Yoritomo merayu putri sipirnya, Ito Sukechika. Tindakannya itu berbuntut pada peristiwa pelarian Yoritomo untuk melindungi atasan dan tetangga Ito, Hojo Tokimasa. Hojo Tokimasa adalah seorang pengikut Taira yang justru bertentangan dengan klannya sendiri.  

Putri Hojo juga menyerah pada rayuan Yoritomo. Namun mereka harus menunda pernikahan sampai tunangan resminya, penjabat gubernur pro-Taira, disingkirkan.

Sementara itu Taira Kiyomori, kepala Klan Taira, menjalankan kekuasaannya atas Kekaisaran Jepang. Ia bahkan mengasingkan Go-Shirakawa, pensiunan kaisar.

Pada periode ini, Kaisar Jepang sering hidup dalam masa “pensiun” jauh dari istana. Ia dapat memerintah tanpa halangan dari upacara istana yang sangat mendetail. Praktik ini dikenal sebagai insei.

Sebagian besar aristokrasi dan kepala pejabat tinggi kuil dan tempat suci juga membenci cengkeraman Klan Taira atas kaisar.

Naik ke puncak kekuasaan

Pada tahun 1180 Minamoto Yorimasa, anggota lain dari Klan Minamoto, bergabung dalam pemberontakan. Saat itu, seorang pangeran kekaisaran, Mochihito-o, menarik Klan Minamoto untuk dipersenjatai di berbagai provinsi.

Yoritomo menggunakan mandat pangeran ini sebagai pembenaran atas pemberontakannya sendiri, Perang Gempei. Ia bahkan berhasil mendapatkan banyak dukungan dari para penguasa feodal di provinsi-provinsi timur.

Banyak anggota keluarga Taira juga bergabung di bawah panji Yoritomo. Rupanya mereka kecewa dengan “hadiah kecil” dari sepupu mereka di istana.

Yoritomo sering dituduh melakukan kekejaman, terutama dalam pembunuhan sepupu dan saudara laki-lakinya. (Yoshitoshi Tsukioka)

Sang samurai, Yoritomo, segera maju ke Kamakura dan mendirikan markas besarnya di sana. Ia mengonsolidasikan cengkeraman atas pengikutnya sendiri di daerah Kanto.

Selain itu, Yoritomo mencoba mengatur pengikut Minamoto di bawah kendali langsungnya. Dia enggan menyerahkan kendali kepada salah satu dari berbagai kerabatnya, dan untuk tujuan ini dia mendirikan Samurai-dokoro (Dewan Pengikut).

Pada tahun 1183 Minamoto Yoshinaka, sepupu Yoritomo, menduduki Distrik Hokuriku dan menginvasi Kyoto, pusat pemerintahan.

Go-Shirakawa selalu berharap untuk mempermainkan pendukung, serta musuh, melawan satu sama lain. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan kembali sebagian substansi kekuatan kekaisaran. Maka, ia pun mengundang Yoritomo untuk mengakhiri karier sukses Yoshinaka yang berbahaya. Yoritomo kemudian menghancurkan Yoshinaka di Kyoto.

Setelah itu, Yoritomo mendirikan Kumonjo (Dewan Makalah Umum) dan Monchujo (Dewan Pertanyaan). Sang samurai tidak hanya mendirikan militer, tetapi juga pemerintahan politik independen di timur.

Pada tahun 1184 pasukan Yoritomo yang cukup besar, dipimpin oleh dua adik tirinya Noriyori dan Yoshitsune. Yoshitsune adalah seorang komandan brilian yang membuat Yoritomo cemburu. Pasukan itu dikerahkan melawan pasukan Taira untuk mendapatkan kemenangan besar. Namun rupanya tidak berhasil.

Setelah kemenangan Minamoto berikutnya, kaisar mendukung Yoshitsune dalam upaya menahan kekuatan Yoritomo. Tapi Yoritomo segera mengusir Yoshitsune dan memaksakan kepada kaisar pembentukan shugo dan jito di seluruh Kekaisaran Jepang. Setelah pembentukan shogu dan jito itu, kekuasaan Yoritomo pun semakin nyata secara nasional.

Segera setelah itu, Yoritomo berhasil membuat Yoshitsune dihukum mati.

Keshogunan Kamakura

Shugo ditempatkan di tiap provinsi dan fungsi mengatur dan mengawasi pengikut Minamoto secara lokal. Shugo juga mengatur proses peradilan dalam kasus pemberontakan dan pembunuhan. Secara otomatis, shugo memperoleh semacam kendali militer di setiap provinsi.

Untuk mengawasi perkebunan individu, jito yang lebih pasif diciptakan. “Fungsinya adalah untuk memungut pajak dan melakukan pengelolaan perkebunan,” tambah Nagahara. Dan, tidak mengherankan, baik shugo maupun jito menjadi penguasa feodal.

Melalui lembaga-lembaga ini, Yoritomo dapat memengaruhi kekuasaan administrasi lokal pemerintah pusat. Ia bahkan melakukan upaya untuk memerintah daerah-daerah terpencil, seperti Kyushu, pulau paling selatan di Kekaisaran Jepang.

Pada tahun 1185 ia menghancurkan Fujiwara Yasuhira, seorang bangsawan independen di daerah Tohoku. Tindakannya itu menunjukkan ambisinya untuk menciptakan struktur kekuasaan yang independen dari ibu kota, di Kyoto.

Pada tahun 1192, beberapa bulan setelah kematian saingan lamanya Go-Shirakawa, Yoritomo menunjuk dirinya sebagai seii taishogun dan menjadi panglima tertinggi atas tuan feodal. Keshogunan Kamakura sekarang secara resmi terbentuk. Seii taishogun bisa diartikan sebagai panglima pasukan melawan orang barbar

Setelah tahun 1192, kebijakan Yoritomo dirancang untuk meredakan ketegangan antara penguasa militer dan bangsawan istana, serta kuil yang kuat. Berkat institusi shugo dan jito, hubungan antara istana Kyoto dan pemerintahan Yoritomo di Kamakura cukup stabil. Yoritomo meninggal pada tahun 1199.

Yoritomo sering dituduh melakukan kekejaman, terutama dalam pembunuhan sepupu dan saudara laki-lakinya. “Namun keadaan politik pada masanya sulit,” ujar Nagahara. Ia harus mencegah perselisihan di antara pengikutnya dan seluruh kelas militer jika ingin mencapai kesuksesan.

Meski ambisius, ia menjadi shogun pertama di Kekaisaran Jepang. Perjuangannya menjadi pembuka jalan bagi kelas samurai untuk berkuasa selama 700 tahun ke depan.