Sejarah Viking dan Penggunaan Narkoba sebagai Ritual Pertempuran

By Hanny Nur Fadhilah, Kamis, 13 Juli 2023 | 11:00 WIB
Dalam sejarah Viking, penggunaan narkoba dilakukan agar para prajurit kebal dan bisa menahan rasa sakit saat berperang. (Public domain)

Nationalgeographic.co.id—Ketika kebanyakan orang berpikir tentang sejarah Viking, mereka berpikir tentang pejuang sengit yang menyerbu dan menjarah Eropa.

Akan tetapi, yang tidak diketahui banyak orang, sejarah Viking juga merupakan budaya yang sangat canggih dengan apresiasi yang kuat terhadap narkoba.

Viking adalah sekelompok orang yang berasal dari Skandinavia dan hidup pada Abad Pertengahan.

Ada banyak teori tentang asal usul kata Viking, tetapi pada Abad Pertengahan, kata itu berarti bajak laut atau perampok.

Dari tahun 800 M hingga abad ke-11, banyak orang meninggalkan kampung halamannya untuk mencari peruntungan di atas air.

Mereka menjadi orang-orang penjelajah laut, terutama para pejuang, yang disebut Orang Utara atau Orang Nordik.

Begitu mereka memantapkan diri sebagai manusia laut, mereka menyerbu kota-kota pesisir dan biara-biara yang tidak dijaga, terutama di Kepulauan Inggris.

Bangsa Viking meninggalkan jejak mereka selama penggerebekan, orang-orang menyebut mereka bajak laut, perampok, dan bahkan pedagang.

Mereka menetap di sebagian besar Inggris modern dan benua Eropa, meluas ke bagian Rusia, Islandia, Greenland, dan Newfoundland.

Sejarah Viking tidak membudayakan diri mereka sendiri dalam pengertian tradisional. Mereka juga bukan masyarakat berbasis Kristen.

Namun demikian, catatan sejarah Viking menunjukkan bahwa prajurit mereka mampu menunjukkan kekuatan dan keterampilan.

Bangsa Viking adalah orang-orang yang terkenal galak dan suka berperang, tetapi seperti apa budaya mereka ketika mereka tidak merampok dan menjarah?

Seperti banyak peradaban lain, mereka memiliki struktur yang sama dan termasuk sistem kasta.

Di puncak masyarakat mereka adalah para bangsawan atau penguasa lokal (Jarl), kemudian para thrall (atau budak), Huskarl (penjaga Jarl), dan terakhir Karls (atau orang bebas), yang mencakup nelayan, petani, pandai besi.

Bangsa Viking juga orang yang sangat religius tetapi percaya pada Paganisme. Keyakinan asli inilah yang membuat tentara mereka begitu tangguh dan tak kenal takut.

Mereka percaya pada Valhalla, kehidupan akhirat seperti surga yang disediakan khusus untuk prajurit yang gugur. Tempat khusus di Valhalla menunggu mereka jika mati dalam pertempuran.

Dua Tanaman sebagai Ritual Pertempuran Viking Berserker

Narkoba sudah ada sejak zaman kuno. Contoh penggunaannya termasuk para Viking berserker (pengamuk) atau prajurit legendaris yang keserupannya tak tertandingi dalam pertempuran.

Amanita muscaria, umumnya dikenal sebagai fly agaric, adalah “jamur ajaib” pertama yang dipikirkan banyak orang.

Dengan topi merah karismatik dan bintik-bintik putihnya, Amanita telah mendapatkan tempat dalam budaya pop sebagai lambang psikedelik.

Meskipun demikian, sebenarnya tidak digunakan sesering jamur psikotropika lainnya, karena tidak menghasilkan psilocybin.

A. muscaria berasal dari daerah beriklim sedang dan boreal di Belahan Bumi Utara. Efek psikoaktifnya disebabkan oleh dua senyawa.

Pertama, asam ibotenat (racun saraf yang bekerja pada reseptor glutamat otak untuk menghasilkan efek rangsang pada sistem saraf). Kedua, muscimol (bahan kimia psikoaktif yang dapat menghasilkan aktivitas sedatif-hipnotik, depresan dan halusinogen).

Jika digabungkan, kedua senyawa ini menyebabkan keadaan mabuk di mana konsumen jamur sering mengalami halusinasi, kedutan, air liur dan hipertermia, serta efek neurologis lainnya.

Asam ibotenat dapat bertindak sebagai stimulan, menghasilkan keadaan mengamuk yang terkait dengan berserker.

Teori etnobotani lain tentang apa yang memicu kemarahan Viking berserker berpusat pada henbane, tanaman dalam keluarga Solanaceae–yang meliputi kentang, tomat.

Henbane dan fly agaric menyebabkan efek hipertermik dan halusinogen. Namun, Dr. Karsten Fatur, ahli etnobotani di New Brunswick University, berpendapat hanya henbane, yang dilaporkan memicu kemarahan pada mereka yang meminumnya.

Kemampuan para prajurit untuk tidak merasakan sakit, tidak takut, dan meningkatkan kekuatan dalam pertempuran.

Sayangnya, jamur ini beracun dan dapat berdampak negatif pada orang yang mengonsumsinya melalui muntah, diare, dan kedutan. Dalam dosis tinggi, jamur ini akan berakibat fatal.

Sumber mengklaim bahwa para prajurit merasakan gemetar dan menggigil diikuti dengan wajah memerah menjadi kemarahan yang meluap-luap.

Para prajurit menjadi kebal terhadap api dan luka pedang dan akan melolong seperti binatang dan menggigit ujung perisai mereka.

Seorang penyair bernama Egil Skallagrimsson mengenang peristiwa ini dalam sebuah buku yang ditulisnya. 

Ritual Sebelum Pertempuran?

Para berserker adalah anggota tinggi masyarakat Viking, aman untuk berasumsi bahwa tanaman liar akan menerima perlakuan yang sama.

Menelan tanaman dalam ritual melalui pengasapan daun kering atau memasukkan tanaman ke dalam minuman dimungkinkan selama era Viking.

Terbukti di Hobro Denmark ketika para arkeolog menemukan beberapa situs kuburan di dekat kastil Fyrkat.

Fyrkat adalah pemukiman Viking kuno dan sekitar 30 kuburan ditemukan kemudian digali. Salah satunya milik pendeta tingkat tinggi.

Pendeta ini dimakamkan dengan barang-barang penting dan kantong berisi biji henbane. Pendeta itu kemungkinan membagikan ini di antara para berserker selama ritual dalam sejarah Viking.