Uchigatana, Bakal Lahirnya Pedang Katana Samurai Kekaisaran Jepang

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 15 Juli 2023 | 13:00 WIB
Samurai dari klan Chosyu dengan katananyna. ( Felice Beato )

 

Nationalgeographic.co.id - Katana lahir melalui sejarah Kekaisaran Jepang yang panjang. Ia merupakan bentuk evolusi dari pedang pendahulunya, uchigatana. Karena terjadinya perubahan bentuk peperangan, uchigatana terus berkembang hingga melahirkan katana.

Istilah uchigatana mengacu pada jenis pedang yang dikenakan dengan ujungnya menghadap ke atas. Berbeda dengan pedang pendahulunya, tachi, yang dikenakan dengan cara disampirkan pada sabuk dengan ujung pedang menghadap ke bawah.

Karena dikenakan dengan ujung tajam ke atas, uchigatana memungkinkan para samurai untuk menghunusnya dengan cepat. Hal ini menjadi keunggulannya alih-alih tachi.

Selain itu, uchigatana dapat ditarik hanya dengan satu tangan karena sarungnya diamankan di sabuk. Hal ini berbeda dengan tachi yang membutuhkan dua tangan untuk menghunusnya.

Kecepatan dalam pertempuran, “adalah sebuah faktor yang sering kali menjadi pembeda antara hidup dan mati,” tulis Juliana Cummings, pada laman Sword Encyclopedia.

Juliana menjelaskan, pedang uchigatana pada awalnya digunakan oleh para pejuang rendahan dan orang-orang yang tidak termasuk dalam kelas samurai. Namun di kemudian hari, uchigatana menarik perhatian para samurai yang memiliki kedudukan tinggi.

“Pada awalnya, uchigatana melengkapi pedang tachi, tetapi pada akhirnya menjadi sangat populer sehingga menggantikan pedang tachi,” jelas Juliana.

Versi uchigatana yang lebih panjang dan berat kemudian dikembangkan, sehingga menghasilkan katana yang melengkung. Pada akhirnya, mengenakan sepasang pedang uchigatana panjang dan pendek secara bersamaan menjadi sebuah kebiasaan: daisho.

Perjalanan Pedang Uchigatana Kekaisaran Jepang

Nama uchigatana secara harfiah diterjemahkan sebagai pedang pemukul. Dari namanya, menunjukkan bahwa para samurai menggunakannya untuk menyerang seolah-olah mereka menggunakan tongkat.

Pedang ini mulai populer pada zaman Muromachi, meskipun beberapa sejarawan percaya bahwa pedang ini pertama kali diperkenalkan pada zaman Heian.

1. Periode Heian (794 - 1185)

Pedang Gaya Kazari-tachi, abad ke-12, periode Heian. (Museum Nasional Tokyo)

Perwira kebiishi (badan komisaris polisi dan pasukan militer) berpangkat rendah, menurut Juliana kemungkinan besar menggunakan uchigatana selama periode tersebut. “Meskipun pedang itu tidak dijelaskan dengan nama itu.” 

Dalam “Ban Dainagon Ekotoba”, Kisah Punggawa Ban Dainagon, seorang pejabat kebiishi menggambar uchigatana dengan cara yang sama dengan cara menggambar katana di kemudian hari.

Beberapa catatan juga menyebutkan penguasa Jepang Taira Kiyomori yang mengenakan uchigatana besar. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa prajurit berpangkat tinggi kadang-kadang menggunakan pedang tersebut.

2. Periode Kamakura (1192 - 1333)

Pedang Kekaisaran Jepang dari periode Kamakura. (Museum Edo Tokyo, Museum Seni Prefektur Kumamoto.)

Orang-orang dengan status rendah dan mereka yang tidak termasuk dalam kelas samurai, menggunakan uchigatana untuk mempertahankan diri.

Di sisi lain, kelas samurai pada zaman Kamakura mengandalkan pedang tachi yang digunakan untuk menunggang kuda. “Mereka mengenakan tachi yang tergantung di pinggang mereka dengan ujung tajam menghadap ke bawah,” jelas Julian.

Prajurit berpangkat tinggi juga menggunakan senjata pendamping yang disebut koshigatana. Sebagai pendamping tachi, koshigatana berfungsi sebagai senjata tempur jarak dekat dan pedang untuk memenggal kepala musuh.

Namun, menurut Juliana, sulit untuk membuat perbedaan yang jelas antara uchigatana dan koshigatana awal, “karena hanya ada beberapa contoh yang masih tersisa.”

3. Periode Nanbokucho (1331 - 1392)

Pada awal periode Nanbokucho, pedang yang mirip uchigatana menghilang dan digantikan oleh sunnobitanto. Sunnobitanto merupakan belati besar era Nanbokuchoitu, yang sekarang dapat diklasifikasikan sebagai wakizashi.

“Ini adalah masa ketika para prajurit samurai juga menggunakan pedang ekstra panjang yang disebut nodachi atau odachi dan bertempur dengan berjalan kaki, bukan dengan menunggang kuda,” kata Juliana. 

Penyebutan nama uchigatana yang paling awal diketahui berasal dari pedang terkenal hishizukuri-uchigatana, yang disimpan di Kasuga-taisha, Kota Nara.

Kanselir Hamuro Nagamune pernah mempersembahkan pedang tersebut ke kuil pada tahun 1385. Istilah hishizukuri mengacu pada pemasangannya, seperti ornamen makie pada sarung pedang, di mana serbuk perak atau emas diaplikasikan pada pernis.

4. Periode Muromachi (1338 - 1573)

Dalam periode Muromachi, muncul subperiode Sengoku dari tahun 1467 hingga 1568, yang ditandai meletusnya perang saudara berkelanjutan.

Peperangan ini mengandalkan prajurit pejalan kaki yang membutuhkan pedang uchigatana, karena kecepatan menghunusnya dan lebih mudah digunakan dalam pertempuran. Selain itu, kepraktisan uchigatana yang dapat digunakan dengan satu tangan juga menjadi pertimbangan.

Uchigatana akhirnya menggantikan koshigatana sebagai sashizoe atau senjata pendamping tachi. Pedang ini mulai digunakan oleh prajurit berpangkat tinggi di medan perang.

Juliana menjelaskan, pada akhir periode Muromachi, pedang uchigatana berevolusi menjadi katana dan menggantikan pedang tachi. “Pandai besi Jepang juga mulai menempa pedang ini dalam ukuran panjang dan pendek, dengan pedang pendek yang disebut wakizashi.”

5. Periode Momoyama (1574 - 1600)

Pedang gaya Daisho, pita emas di atas tanah yang dipernis merah. Abad ke-16, periode Azuchi-Momoyama. (Tokyo National Museum)

Selama periode ini, sudah menjadi tradisi bagi para daimyo untuk menghadiahkan pedang kepada para pengikut mereka. Oleh karena itu, dudukan pedang menjadi lebih rumit dan mahal. 

Uchigatana, selain digunakan sebagai pedang andalan di medan perang, juga menjadi cendera mata dengan pernak-pernik mewah. 

Biasanya jenis uchigatana diberikan sebagai hadiah untuk para para samurai yang berkedudukan tinggi.

6. Periode Edo (1603-1867)

Pada awal periode Edo, penggunaan daisho atau pedang berpasangan di kalangan kelas samurai menjadi populer.

Pedang ini terdiri dari pedang panjang katana dan pedang pendek wakizashi, baik untuk digunakan dalam pertempuran praktis maupun upacara.