Pemakan Ular Kuno di Gunung Athos Mitologi Yunani Ternyata Kisah Nyata

By Ricky Jenihansen, Senin, 24 Juli 2023 | 10:00 WIB
Mitologi Yunani tentang pemakan ular kuno berbisa di Gunung Athos mungkin berasal dari kisah nyata. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Dalam tulisan kuno mitologi Yunani, wilayah Gunung Athos di Yunani dihuni oleh pemakan ular kuno yang berbisa.

Kisah pemakan ular kuno telah dianggap sebagai legenda, tapi menurut catatan sejarawan, mungkin legenda tersebut lahir dari kisah nyata.

Pliny the Elder, penulis dan naturalis Romawi, menerbitkan ensiklopedia “Naturalis Historia” pada tahun 77 M. Ensiklopedia itu adalah sebuah mahakarya yang masih menjadi catatan ilmiah paling penting di zaman kuno, menurut Greek Reporter.

Ensiklopedia tersebut berisi informasi luar biasa tentang dunia tumbuhan dan hewan saat itu, serta banyak esai tentang antropologi dan psikologi.

Dengan demikian itu merupakan mutiara budaya pada masanya, memberikan bantuan besar bagi pengembangan pengobatan kuno.

Pemakan ular kuno berbisaReferensi kisah nyata mitologi Yunani tentang pemakan ular berbisa ditemukan di Buku XII, yaitu buku yang dikhususkan untuk antropologi dan fisiologi manusia.

Dalam paragraf 27 disebutkan berbagai suku yang, menurut Isigonus, akan berumur paling panjang, mencapai usia seratus empat puluh tahun.

Cyrnos indorum genus isigonus annis centenis quadragenis vivere, item aethiopas macrobios et seras existingimat et qui athon montem incolant, hos quidem, quia viperinis carnibus alantur; itaque nec capiti nec vestibus eorum noxia corpori inesse animalia," seperti itulah kutipan asli dari buku tersebut.

"Isigonus, garis orang Indian Cirno, berpikir bahwa mereka hidup seratus empat puluh tahun, sama seperti Macrobioi dan Seras Ethiopia, dan mereka yang mendiami Gunung Athos, ini memang karena mereka memakan daging ular viper; oleh karena itu baik kepala maupun pakaian mereka tidak mengandung binatang yang merusak tubuh."

Penduduk kuno Gunung Athos

Gunung Athos terletak di tempat yang oleh orang Yunani disebut sebagai "jari ketiga" Semenanjung Chalkidiki. Hingga hari ini memiliki nilai religius yang sangat penting, menjadi daerah otonom sekaligus negara monastik.

Akan tetapi, sejarahnya sangat kuno, dan diperkirakan bahwa wilayah terorganisasi paling awal berusia sekitar 6.000.000 tahun.

Mengenai siapa yang mendiami wilayah-wilayah suci itu, ada sedikit kebingungan. Terutama karena menyangkut periode di mana peradaban pra-Helenistik sedang melakukan perjalanan ekspansi ke Laut Mediterania.

Menurut Thucydides, seorang sejarawan dan militer Athena yang sangat penting, Gunung Athos dihuni oleh keturunan Pelasgians.

“αἳ οἰκοῦνται ξυμμείκτοις ἔθνεσι βαρβάρων διγλλώσσων, καί τι καὶ Χαλκι δικὸν ἔνι βραχύ, τὸ δὲ πλεῖστον Πελασγικόν," menurut catatan aslinya.

"Negara bagian ini dihuni oleh populasi campuran bilingual barbar. Juga ada beberapa Chalcidans, tetapi kebanyakan adalah Pelasgian."

Dalam sejarah, ular viper telah digunakan untuk pengobatan. (Tanto Yensen)

Thucydides, Sejarah Perang Peloponnesia, buku I

Jauh sebelum ekspansi orang Makedonia, wilayah Chalkidiki, dan lebih khusus lagi wilayah Gunung Athos, dihuni oleh orang-orang yang tidak begitu penting secara historis bagi para ilmuwan pada masa itu.

Ini mungkin juga masalah utama saat mencari informasi yang lebih spesifik tentang budaya ini dan melacak sejarah mereka sebagai kisah nyata pemakan ular kuno.

Akan sangat menyenangkan untuk memiliki kepastian tentang pola makan Pelasgian dan Chalcidans, sehingga kita dapat setuju dengan Pliny.

Dengan demikian, kita dapat mengidentifikasi mereka sebagai "pemakan ular berbisa" yang misterius dalam mitologi Yunani yang benar-benar lahir dari kisah nyata.

Namun, kita bisa berbuat lebih banyak. Kita bisa mencari kebenaran yang lebih dalam tentang kebiasaan makan yang aneh ini.

Pola makan ular kuno berbisa

Meski kelihatannya aneh dan absurd, tapi sebenarnya pola makan ular kuno berbisa benar-benar ada dan merupakan kisah nyata di zaman kuno.

Salah satu kegunaan ular berbisa dan dagingnya yang paling penting adalah sebagai penawar racun. Hal ini karena dokter percaya bahwa racun ular itu terkandung di seluruh tubuh.

Oleh karena itu hewan tersebut memiliki penawar gigitannya di dalam tubuhnya sendiri. Dengan memakan ular kuno berbisa, mereka bisa mendapatkan penawar dari nutrisinya.

Namun belakangan, banyak dokter yang terinspirasi oleh cerita Pliny tentang orang-orang berumur panjang yang mempraktekkan diet viperine (Pelasgian dan Etiopia). Diet ini menggunakan daging hewan untuk menyembuhkan daripada mencegah.

Misalnya, Galen, di antara dokter terpenting dalam sejarah, menggunakan anggur yang diresapi daging ular viper untuk mengobati penyakit seperti kusta dan kaki gajah.

Kemudian, ada juga Dioscorides Pedanius, seorang dokter dan ahli botani Yunani, juga menggunakan viper yang dimasak dengan cuka dan anggur untuk mengobati penyakit ginjal.

Singkatnya, ular berbisa sangat banyak digunakan dalam pengobatan kuno. Sedemikian rupa sehingga itu juga termasuk bahan utama Theriaca.

Theriaca

Obat ini mengambil namanya dari kata Yunani kuno “θηριον” (thirìon), yang berarti binatang berbisa. Nama itu diberikan justru karena adanya daging ular viper di dalam resepnya.

Resep itu diberikan untuk menyembuhkan banyak penyakit dan mengandung lebih dari 40 ramuan, termasuk opium, yang berasal dari kota Thebes.

Resep itu dibuat oleh dokter Kreta Andromachus, yang memasukkan daging ular berbisa ke dalam campuran ramuan yang digunakan.

Nero, kaisar Romawi, menugaskan pembuatan penawar ini. Ia memerintahkan itu karena dia telah kehilangan banyak orang selama pertempuran laut melawan Hannibal.

Nyatanya, setelah itu dia juga memerintahkan anak buahnya untuk melemparkan guci berisi ular berbisa ke kapal Romawi. Akibatnya, ular itu membunuh para prajurit, berkat racun ular berbisa.

Oleh karena itu, kita melihat betapa terjalinnya kisah nyata "pemakan ular kuno berbisa". Kita tidak dapat memastikan bahwa penduduk kuno Gunung Athos adalah ahli yang mendalam tentang khasiat penyembuhan dari daging ular viper.

Bukan pula karena pola makan ular viper yang membuat populasi ini berumur panjang.

Namun demikian, legenda kisah nyata yang dilaporkan oleh Pliny the Elder ini menemukan korespondensi dalam tulisan kuno lainnya.

Yang penting adalah selalu berusaha menemukan poin dan contoh tersembunyi dalam sejarah kita. Untuk mendekati kebenaran melalui masa lalu kita. Karena kita adalah apa yang biasa kita makan.