Jika sampah plastik dibakar langsung di pantai, proses pelelehan dan pembakaran ini menghasilkan batu plastik atau plastiglomerat. Kontaminan ini, matriks plastiknya adalah rantai karbon terdegradasi.
Plastik yang terdegradasi secara kimia ini lebih cepat menjadi mikroplastik melalui paparan angin, ombak, dan butiran sedimen di pantai.
Proses pembakaran yang tidak sempurna melepaskan polutan baru dari plastik yang mula-mula mengendap di plastik kemudian terlepas ke lingkungan.
Kontaminan ini seringkali memiliki relevansi ekotoksikologi yang lebih tinggi daripada plastik induk. Berpotensi mencemari lingkungan lebih cepat, dan masuk ke dalam rantai makanan dan menjadi racun bagi kehidupan.
Ilmuwan Utami mengumpulkan total 25 sampel lapangan dari pantai di Pulau Panjang di sisi barat pulau Jawa Indonesia. Ia menganalisisnya di laboratorium bersama dengan peneliti dari Kiel University.
Salah satunya adalah Lars Reuning, promotor Utami di Kiel University dan penulis kedua studi tersebut. Reuning adalah anggota Kelompok Riset Paleontologi di Institut Geosains di Kiel University.
"Analisis kami menunjukkan bahwa Plastiglomerat terkontaminasi dengan polutan organik."
Meskipun hasil lebih lanjut tentang bioakumulasi masih tertunda, mereka dapat diklasifikasikan sebagai berpotensi karsinogenik atau menjadi racun bagi manusia.
Kelompok kerja, yang dipimpin oleh Profesor Miriam Pfeiffer, juga terlibat dalam Program Prioritas Ilmu Bumi German Research Foundation's (DFG) 2299 "Variabilitas Iklim Tropis dan Terumbu Karang."
Investigasi kimia polutan
Para peneliti pertama-tama membedakan sampel batu plastik atau plastiglomerat menurut kriteria optik. Mereka membaginya menjadi sampel yang kurang kuat dan lebih kuat meleleh atau terbakar.