Pertama Kalinya, Batu Plastik Teridentifikasi di Pantai Indonesia

By Ricky Jenihansen, Senin, 24 Juli 2023 | 12:00 WIB
Plastiglomerat puing-puing karang yang disatukan oleh puing-puing plastik yang meleleh. Batu plastik ini dapat membahayakan lingkungan. (Birgit Mohr, Kiel University)

Peneliti kemudian mengekstrak polutan yang mudah menguap dengan bantuan pelarut. Analisis ini dilakukan oleh Kelompok Geokimia Organik Profesor Lorenz Schwark di Institute of Geosciences.

Hasilnya mengungkapkan, misalnya, kontaminasi dengan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dan ftalat. Senyawa itu biasanya digunakan sebagai peliat untuk plastik.

Para ahli menganggap kedua golongan zat tersebut berpotensi tinggi menyebabkan kanker.

Tim peneliti juga menggunakan metode fisikokimia dan perbandingan dengan database. Tujuannya untuk mengkarakterisasi sifat polimer seperti polypropylene (PP) atau polyethylene (PE) atau campurannya.

Mereka melakukan pengukuran menggunakan Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) dalam kelompok kerja Profesor Gernot Friedrichs di Institut Kimia Fisika di Kiel University untuk menyelidiki tingkat pelapukan.

Hasilnya adalah, area yang terlihat lebih terpapar proses pembakaran, ternyata juga menunjukkan tingkat pelapukan dan oksidasi yang lebih tinggi.

Dampak pada ekosistem pesisir

"Untuk menilai kerusakan lingkungan dengan lebih baik, kami saat ini sedang meneliti komposisi yang tepat dari polutan organik yang terkait dengan plastik, seperti senyawa organofosfor", kata ahli geokimia Schwark.

Menurutnya, yang juga menarik adalah kecenderungan plastiglomerat atau batu plastik mudah membusuk.

"Biasanya, foto-oksidasi oleh sinar UV mempengaruhi lapisan atas plastik. Tapi termo-oksidasi dengan membakar limbah plastik secara signifikan mengubah struktur internal material juga", kata ahli geosains Reuning.

Di masa depan, banyak ekosistem pesisir perairan tropis di Indonesia maupun di seluruh dunia akan terpengaruh oleh Plastiglomerat atau batu plastik.

Studi telah menunjukkan bahwa polutan organik juga ditransfer ke karang atau organisme laut lainnya. Dan dengan demikian dapat berdampak negatif pada kesehatan laut.

Oleh karena itu penelitian lebih lanjut juga melihat ekosistem lain seperti padang lamun, mangrove atau organisme yang hidup di sedimen.

"Dibandingkan sampah plastik biasa, sifat unik Plastiglomerat membutuhkan bentuk pengelolaan pesisir yang spesifik", Utami menyimpulkan.

“Jika sampah dari daerah perkotaan di pantai tropis dibuang dan dikelola dengan lebih baik, masalah serius dapat dicegah.”

Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media #SayaPilihBumi #SisirPesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.