Alasan laba-laba berjalan dengan pelengkap dari wajah mereka kembali ke lobopoda dan rancangan tubuh Chelicerata yang asli.
Sementara arthropoda modern dimanjakan dengan pelengkap khusus, lobopoda adalah makhluk mirip cacing dengan banyak rangkaian pelengkap yang hampir sama.
"Awalnya, semua kakinya sama," kata Heather Bruce, rekan peneliti di Laboratorium Biologi Kelautan, kepada Live Science.
"Tapi kemudian pelengkap pertama dibedakan menjadi pelengkap sensorik, seperti untuk merasakan dan mengambil makanan."
Sejak saat itu, nenek moyang laba-laba Chelicerata mulai menyimpang dari kelompok lain.
Pada nenek moyang serangga dan krustasea, bagian depan lobopod yang berfungsi ganda kehilangan kemampuan menangkap dan memberi makan. Kemudian bagian tersebut menjadi struktur sensorik khusus yang disebut antena.
Tapi untuk Chelicerata, pelengkap yang sama itu kehilangan kemampuan sensoriknya dan menjadi taring.
Sementara itu, pasangan kaki kedua Chelicerata berevolusi menjadi satu set pelengkap pencengkram yang disebut pedipalps. Sedangkan empat pasang kaki berikutnya tetap berperan sebagai kaki yang digunakan untuk berjalan, dan semua pelengkap setelah itu hilang.
"(Tidak semuanya) Spinneret berevolusi dari kaki laba-laba," kata Bruce. Spinneret adalah organ pemintal sutra dari laba-laba atau larva serangga.
"Ada fosil-fosil yang sangat keren dalam damar dari spesies yang tampaknya merupakan nenek moyang laba-laba dan kalajengking," ia menambahkan.
"Sehingga memiliki beberapa sifat perantara di antara keduanya. Dan pada fosil itu, ada kaki yang sangat jelas menggantung di perut."