Sentimen anti-shogun meningkat di seluruh Kekaisaran Jepang. Pada tahun 1861, goshi Takechi Zuizan mendirikan sebuah organisasi loyalis kekaisaran di Tosa yang didedikasikan untuk prinsip-prinsip sonno joi (hormati kaisar, usir orang barbar).
Tujuan pendirian organisasi itu adalah untuk menggulingkan keshogunan yang tidak efektif. Lalu menggantinya dengan kekaisaran yang kuat di bawah pemerintahan kekaisaran.
Ryoma berada di Tosa pada saat itu dan bergabung dengan gerakan tersebut pada awalnya, tetapi keluar pada tahun berikutnya.
Sekali lagi di Edo, Ryoma melakukan kontak dengan Takasugi Shinsaku dan para pemimpin lain dari domain Choshu. “Chosu merupakan sarang loyalis kekaisaran,” tambah Yusuke.
Upaya Sakamoto Ryoma untuk memodernisasi Kekaisaran Jepang
Ryoma berencana untuk membunuh Katsu Kaishu, seorang pejabat tinggi keshogunan, tetapi akhirnya bekerja untuknya setelah keduanya bertemu.
Katsu memengaruhi Ryoma untuk melihat pentingnya Kekaisaran Jepang belajar dari negara lain. Hal tersebut lebih bermanfaat, daripada hanya mengambil sikap bermusuhan dan garis keras.
Menyadari bakat pemuda itu, Katsu membujuk Ryoma untuk menggunakan kemampuannya guna membantu membangun angkatan laut Kekaisaran Jepang.
Pada tahun 1863, Katsu mendapat izin dari keshogunan untuk mendirikan Pusat Pelatihan Angkatan Laut Kobe. Ia menjadikan Ryoma sebagai kepala akademi untuk mengajar perwira muda.
Belakangan tahun itu, domain Choshu menentang keshogunan dengan membombardir kapal asing di lepas pantai Shimonoseki. Setelah mendengar bahwa kapal yang rusak diperbaiki di Edo sebelum kembali untuk membalas Choshu, Ryoma merasa kekaisaran mendekati titik krisis.
“Saya ingin membersihkan Kekaisaran Jepang,” tulisnya dalam sebuah surat kepada saudara perempuannya Otome.
Keshogunan yang semakin terkepung menjadi curiga terhadap semangat independen Katsu. Maka, pada tahun 1864 posisinya sebagai komisaris kapal perang dicopot. Keshogunan memanggilnya kembali ke Edo. Tahun berikutnya ia menutup Pusat Pelatihan Angkatan Laut Kobe.