Musim Dingin Nuklir, Warisan Terburuk Bapak Bom Atom Oppenheimer

By Ricky Jenihansen, Kamis, 27 Juli 2023 | 07:20 WIB
Ilustrasi musim dingin nuklir, mimpi terburuk Bapak Bom Atom Oppenheimer. (Adobe Stock)

Nationalgeographic.co.idOppenheimer, Film baru karya Christopher Nolan, telah mengangkat fakta sejarah Project Manhattan yang dijalankan oleh Amerika Serikat dalam upayanya memerangi Nazi. Judul film itu diambil dari nama Julius Robert Oppenheimer yang dikenal sebagai bapak bom atom.

Film biofik thriller itu menceritakan biografi bapak bom atom Julius Robert Oppenheimer. Kisah tersebut terinspirasi dari buku American Prometheus karya Kai Blrd dan Martin J. Sherwin

Film Oppenheimer dipenuhi dengan mimpi buruk terburuk fisikawan tituler tentang perang nuklir. Penglihatan yang tidak menyenangkan tentang awan jamur yang meledak dari kota ke kota.

Bayangan tumpukan api naik melewati awan, dan riak radiasi yang melanda Eropa telah menghantui J. Robert Oppenheimer yang diperankan aktor Cillian Murphy.

Oppenheimer adalah direktur laboratorium rahasia Los Alamos, tempat sekelompok ilmuwan mengembangkan dan menguji bom atom pertama di dunia. Oppenheimer jelas sangat menyadari kekuatan yang akan diciptakan oleh labnya.

Dia terkenal menyebutnya "Kematian, perusak dunia." Tapi mungkin, apa yang Oppenheimer bayangkan hanya separuh dari potensi terburuknya. 

Mimpi terburuk Oppenheimer tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan skenario terburuk yang diprediksi para ilmuwan saat ini. Potensi bencana yang mungkin terjadi akan menjadi warisan terburuk melebihi apa yang mungkin dibayangkan Oppenheimer sendiri.

Pecahnya perang nuklir, dengan ratusan atau ribuan ledakan atom, dapat menyebabkan planet masuk ke dalam keadaan apokaliptik. Keadaan itu bisa disebut sebagai musim dingin nuklir, di mana miliaran orang akan mati kelaparan.

"Senjata nuklir adalah bahaya terbesar yang dihadapi dunia dan telah dihadapi sejak lama, tetapi kita telah melupakannya," kata Alan Robock.

J. Robert Oppenheimer. (Getty Images)

Robock adalah seorang profesor di University of Rutgers dan pelopor penelitian musim dingin nuklir, seperti dikutip Science Alert. Sejauh ini, tambahnya, "Saya pikir kami sangat beruntung."

Musim dingin nuklir adalah sebuah teori, berdasarkan model dan diperdebatkan dalam komunitas ilmiah. Itu seperti banyak prediksi yang dibuat ilmuwan atom pada zaman Oppenheimer.

Jadi apa sebenarnya teori musim dingin nuklir? Dana apa yang akan terjadi dengan Bumi jika itu terjadi?

Yang pertama, saat musim dingin nuklir terjadi, maka Bumi akan menjadi gelap dan dingin. Selanjutnya, Bumi paling tidak akan menampung kematian hingga 5 miliar manusia.

Kematian itu akan dimulai dengan bom nuklir yang membakar kota-kota. Setiap ledakan nuklir akan menyulut api kecil yang tak terhitung jumlahnya, yang dapat menyatu menjadi badai api besar yang tak terkendali.

Jika terjadi serangan nuklir berulang dan berkelanjutan, semua badai api itu dapat mengirim begitu banyak jelaga ke stratosfer. Jelaga itu akan membentuk sabuk di sekitar planet dan menghalangi matahari.

Ketika matahari terhalangi, maka akan menyebabkan suhu turun hingga 15 derajat Celcius. Pendinginan global ini bisa berlangsung bertahun-tahun.

Kegelapan, dingin, dan radiasi dari kejatuhan nuklir akan menghancurkan sebagian besar kehidupan tumbuhan dan hewan di Bumi. Lima ilmuwan, termasuk Carl Sagan, pertama kali mengajukan teori ini dalam makalah tahun 1983.

Sejak itu, tim ilmuwan lintas disiplin, termasuk Robock, menggabungkan model iklim dan simulasi produksi makanan untuk lebih memahami kemungkinan musim dingin nuklir.

Tahun lalu, mereka menerbitkan temuan baru bahwa ikan dan ternak tidak akan mampu menopang dunia jika musim dingin nuklir memusnahkan tanaman.

Perang nuklir menghasilkan konsekuensi yang mengerikan bagi semua orang. (Pavel López Lazo, _PL.Prensa Latina)

Karya ilmiah terbaru mereka dipublikasikan dengan judul "Global food insecurity and famine from reduced crop, marine fishery and livestock production due to climate disruption from nuclear war soot injection" dan diterbitkan di jurnal nature akses terbuka.

Jelaga atau karbon hitam yang dikirim ke atmosfer dari ledakan senjata nuklir akan menyebabkan gangguan pada iklim Bumi. Selanjutnya akan membatasi produksi makanan darat dan air.

"Di sini, kami menggunakan model iklim, tanaman, dan perikanan untuk memperkirakan dampak yang timbul dari enam skenario injeksi karbon hitam stratosfer, memprediksi total kalori makanan yang tersedia di setiap negara setelah perang setelah makanan yang disimpan dikonsumsi," tulis para peneliti.

"Dalam menghitung dampak susulan dari area target, kami menunjukkan bahwa injeksi jelaga yang lebih besar dari 5 Triliun gram, akan menyebabkan kekurangan pangan massal, dan produksi pangan ternak dan perairan tidak akan mampu mengimbangi penurunan hasil panen, di hampir semua negara."

Mereka menyimpulkan, jika terjadi perang nuklir antara Amerika Serikat dan Rusia, maka dapat menyebabkan 5 miliar orang mati kelaparan.

"Lebih dari 10 kali lebih banyak orang yang mati karena kelaparan daripada yang mati akibat efek langsung (bom atom)," kata Robock.

Bahkan perang nuklir yang lebih kecil antara India dan Pakistan, dapat mengirimkan jutaan ton jelaga ke atmosfer. Peristiwa itu dapat menyebabkan kekurangan pangan global, menurut perhitungan mereka.

Robock dan rekannya memperkirakan skenario itu akan membunuh sekitar 2 miliar orang lagi.

"Saya harap (film) akan membuat orang bertanya-tanya mengapa kita masih memiliki senjata nuklir, bagaimana mungkin senjata itu digunakan, dan mengapa kita membutuhkannya," katanya.