Kisah Pembantaian Orang Kristen Sesat dalam Sejarah Perang Salib

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 29 Juli 2023 | 07:00 WIB
Sejarah Perang Salib Kataris menjadi pembantaian terhadap sesama orang Kristen, bahkan bukan hanya orang Kristen sesat. (About History)

Padahal kota itu mungkin hanya memiliki sekitar 700 orang Kristen sesat dan sekarang jelas bagi semua orang bahwa ini adalah kampanye penaklukan, bukan pertobatan.

Peta yang menunjukkan wilayah wilayah Languedoc di Prancis selatan dan kota-kota utamanya. (Creative Commons Attribution)

Karena terkejut dengan pembantaian tersebut, kota lain di wilayah tersebut, yaitu kota Narbonne langsung menyerah. Penduduk setempat melarikan diri dari kastel dan kota mana pun yang kemungkinan besar akan menjadi sasaran serangan Pasukan Salib berikutnya.

Kastel perkasa Carcassonne jatuh pada tanggal 14 Agustus 1209 M. Sementara Raymond dari Trencavel dimasukkan ke dalam penjara tempat dia tidak dapat melarikan diri hidup-hidup. Simon de Montfort mengambil alih tanah Trencavel.

Ketika Lavaur ditangkap oleh de Montfort pada tahun 1211 M Aimery, penguasa Lavaur dan Montreal, digantung. Saudara perempuannya dilempar ke dalam sumur, 80 kesatrianya dieksekusi dan hingga 400 kaum Kataris dibakar sampai mati.

Bagi orang Kristen yang ditangkap, mati dengan dibakar adalah takdir mereka yang biasa. Namun, secara signifikan, banyak target Pasukan Salib bukanlah basis Kataris.

Seluruh wilayah berkembang menjadi zona perang abadi dengan konsekuensi runtuhnya aturan hukum dan tatanan sosial.

Pada 1211 M krisis semakin dalam. Raymond dari Toulouse memutuskan bahwa Pasukan Salib membuat terlalu banyak tuntutan di wilayahnya. Akhirnya Raymond dari Toulouse beralih menjadi musuh Pasukan Salib lagi.

Setelah mengalahkan pasukan Toulouse-Foix di Castelnaudary pada bulan September 1211 M, de Montfort merebut sebagian besar wilayah selatan pada tahun 1212 M. Sementara itu, Raymond dari Toulouse melarikan diri ke Inggris untuk sementara.

Meskipun Prancis utara memulai rencana pemerintahan baru di wilayah tersebut, pada tahun 1213 M perang gerilya telah menyebar ke mana-mana di Prancis selatan.

Pembantaian, pembakaran, dan mutilasi berlanjut setiap kali sebuah kota atau kastel direbut. Akibatnya, Paus membatalkan status gerakan Perang Salib.

Namun demikian, pada tahun 1214 M gejolak di wilayah tersebut masih belum berhenti. Bahkan menyeret konflik dengan raja-raja dari luar Prancis yang mengincar tanah-tanah bangsawan di wilayah tersebut.