Nationalgeographic.co.id—Kekaisaran Jepang kaya dengan kisah samurai terkenal. Memiliki prestasi luar biasa, samurai harus menjalani kehidupan yang penuh dengan kekerasan. Salah satu kisahnya paling terkenal adalah Miyamoto Mushasi.
Miyamoto Musashi tidak pernah memimpin pasukan, meskipun dia berperang dalam beberapa pertempuran. Namun bagaimana ia bisa dipandang sebagai salah satu samurai terhebat di Kekaisaran Jepang?
“Ketenarannya diperoleh berkat rekor duelnya yang sempurna,” tulis Christopher Myers di laman Ranker. Pendekar pedang dan samurai legendaris itu berkeliling di Kekaisaran Jepang selama bertahun-tahun. Ia menantang dan mengalahkan setiap lawan yang ditemuinya.
Setelah berduel dengan semua samurai terhebat di Kekaisaran Jepang, dia menulis sebuah buku tentang disiplin ilmu pedang: The Book of Five Rings. Legenda Musashi terus hidup melalui tulisan-tulisannya, kisah-kisah hidupnya, dan sekolah kenjutsu yang ia dirikan.
Miyamoto Musashi memenggal kepala penantang muda yang berusia 12 tahun
Setelah Musashi mengalahkan saudara-saudara Yoshioka yang terhormat, anggota klan lainnya menjadi marah. Mereka membuat plot yang melibatkan kepala klan baru, seorang anak berusia 12 tahun bernama Matashichiro. Pemimpin muda itu menantang Musashi untuk berduel. Di saat yang sama, anggota klan berencana untuk menyergap sang samurai.
Saat ditantang duel malam, Musashi langsung curiga. Dia tiba lebih awal pada malam duel dan bersembunyi di semak-semak. Benar saja, Matashichiro tiba dengan rombongan tentara siap tempur.
Musashi berlari keluar dari semak sambil berteriak, menebas kepala Matashichiro dengan pedangnya. Ia dikepung oleh sejumlah anggota klan yang murka. Untuk bertahan, Musashi mengeluarkan senjata kedua. “Momen inilah yang diduga menjadi asal muasal teknik dua pedang Musashi,” tambah Myers.
Tidak terkalahkan dalam 60 duel
Duel di Kekaisaran Jepang awal abad ke-17 seringkali berakibat fatal. Miyamoto Musashi menghabiskan sebagian besar hidupnya berkelana di Kekaisaran Jepang untuk terlibat dalam duel. Ia membantai banyak ahli duel di sepanjang jalan. “Konon, ia melakukan 60 duel,” ujar Myers.
Melalui pertarungan tanpa henti ini, Musashi menyempurnakan keahliannya. Ia pun menjadi samurai dan pendekar pedang terhebat dalam sejarah Kekaisaran Jepang.
Dengan menggunakan dayung perahu, Miyamoto Musashi mengalahkan ahli pedang
Dalam duel Musashi yang paling terkenal, dia berhadapan dengan Sasaki Kojiro. Kojiro dikenal sebagai Iblis dari Barat. Kojiro adalah samurai ideal dalam banyak hal. Dia sangat dihormati dan dilatih secara klasik di sekolah Chujo-ryu.
Kojiro menggunakan pedang dua tangan no-dachi yang lebih panjang dari biasanya. Dengan tekniknya, pedang itu memberikan jangkauan yang lebih unggul.
Duel tersebut ditetapkan pada pagi hari tanggal 13 April 1612, di Pulau Funashima. Namun, ketika saatnya tiba, Musashi tidak ditemukan di mana pun. Kojiro dan pejabat yang dikirim untuk mengamati pertarungan dibiarkan menunggu berjam-jam.
Ketika Musashi akhirnya datang, sengaja terlambat, dia memegang bokken (pedang kayu). Bokken itu dibuat dari dayung yang dia temukan di atas perahu menuju duel.
Membuat lawan menunggu adalah taktik psikologis yang tak terpisahkan dari strategi pertempuran Musashi.
Kojiro sangat marah dengan sikap tidak hormat ini. Dia dikatakan telah membuang sarung pedangnya dalam kemarahan. Tindakannya itu ditanggapi Musashi, "Jika kamu tidak lagi menggunakan sarungmu, kamu sudah mati."
Musashi telah mengukir bokkennya menjadi beberapa inci lebih panjang dari no-dachi Kojiro. Ia pun berhasil memenangkan duel. Ironisnya, Kojiro tewas dalam duel itu.
Memenangkan duel pertamanya saat berusia 13 tahun
Ketika Musashi tinggal di kuil Zen bersama pamannya, samurai pengembara Arima Kihei datang mencari penantang. Kihei, dari sekolah kenjutsu Shinto-Ryu, melakukan perjalanan dari kota ke kota memberikan tantangan terbuka kepada siapa. Ketika Musashi yang berusia 13 tahun menantangnya, dia tidak menganggap serius bocah itu.
Keesokan harinya, pada saat duel, Musashi menjatuhkan lawannya ke tanah dan menghajarnya dengan pedang kayunya. Kihei tewas dalam genangan darahnya sendiri.
Musashi menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembara sebagai seorang shugyosha
Ketika Musashi masih remaja, dia meninggalkan kampung halamannya untuk berkeliling Jepang. Perjalanan samurai-nya, disebut musha shugyo, membuatnya mengembara, berduel dengan penantang, dan menjalani gaya hidup minimalis yang melelahkan.
Hidup sebagai shugyosha tidaklah mudah, tetapi hal itu membantu Musashi menjadi samurai yang tangguh.
Pada usia 61 atau 62 tahun, setelah menyelesaikan The Book of Five Rings, ia menderita gangguan saraf yang menyakitkan. Musashi tahu bahwa dia sedang sekarat. Sang samurai pun memanggil para biksu yang tinggal bersamanya di biara dekat Reigando. Ia berlutut dan, memegang pedangnya di satu tangan dan tongkat di tangan lainnya, mati seperti samurai sejati.
Banyak yang percaya penyebab kematiannya adalah kanker toraks. Ia dimakamkan dengan berdiri dan mengenakan pelindung tubuh samurai lengkap.
Warisannya abadi hingga kini. Ia terus dikenang sebagai salah satu samurai terhebat di Kekaisaran Jepang.