Diversitas Barbie Bagi Populasi Rentan Penyandang Disabilitas

By Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, Kamis, 27 Juli 2023 | 21:00 WIB
Tampilan baru boneka Barbie penyandang disabilitas, setelah di tahun 1997 Share a Smile Becky produksinya dihentikan. (Amazon Fashion)

Foto produk mainan boneka 'Share a Smile Becky'. Pengambilan foto dilakukan di New York pada 23 Mei 1997. (Yvonne Hemsey)

Seiring perjalanan sejarah peradaban sosial dan pendidikan bagi masyarakat, Barbie ditampilkan di kursi roda dan memakai kaki prostetik.

Bahkan, ia memiliki kondisi fisik tertentu seperti vitiligo (kehilangan warna kulit) atau alopecia (rambut rontok).

Melalui permainan yang menyenangkan, anak-anak diajak berempati dan berkreasi dengan kondisi yang ada Barbie dapat menjadi modis dan bergaya.

Berdasarkan Survei Nasional tahun 2020 di Indonesia, sekitar 9 persen atau 22,5 juta penduduk Indonesia menyandang disabilitas.

Sejak 2011, Indonesia telah meratifikasi United Nations Convention on the Rights of Persons with Disabilities (UNCRPD) dan telah mengesahkan UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Undang-undang ini memberikan dasar hukum tentang kedudukan dan hak penyandang disabilitas.

Namun demikian, penyandang disabilitas di Indonesia masih menghadapi tantangan di beberapa bidang  seperti akses layanan kesehatan, pendidikan, serta memasuki pasar tenaga kerja.

Penyandang disabilitas masih menjadi salah satu kelompok yang paling terstigmatisasi, sebagian besar masih menghadapi diskriminasi dan perlakuan buruk dari masyarakat.

Kampanye inklusivitas Mattel dengan peluncuran boneka Barbie penyandang disabilitas disambut baik oleh media sosial dan berita daring sedunia, termasuk di Indonesia. Meskipun, di Indonesia boneka Barbie versi itu baru muncul di pasaran pada 2022.

Media menyoroti peluncuran boneka Barbie penyandang disabilitas sebagai salah satu tren mainan baru untuk tahun 2020.

Sebagai salah satu produsen mainan boneka terbesar, Indonesia menunjukkan peningkatan konsumsi pasar mainan. Tercatat dari 2012 hingga 2021 terjadi peningkatan rata-rata 5,7 persen per tahun.

PT Mattel Indonesia dilaporkan menyumbang lebih dari 35 persen dari total nilai ekspor mainan Indonesia ke dunia.

Perusahaan yang beroperasi di Indonesia sejak 1992 ini memiliki kapasitas produksi 85 juta boneka fashion per tahun.

Pencapaian ini telah berhasil mengekspor mainan anak buatan Indonesia ke berbagai negara di Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika Serikat.