Di episode kedua, Sisyphus membujuk istrinya sendiri untuk mengabaikan persembahan penguburan yang diwajibkan.
Dengan demikian dia dapat memanipulasi istri Hades yang baik hati, Persephone, untuk membebaskannya dari dunia bawah. Sehingga dia dapat menginstruksikan istrinya untuk melakukan persembahan yang sesuai keinginannya.
Dia hidup lama setelah itu, dengan Thanatos atau Kematian tidak mau mendekatinya setelah pengalaman sebelumnya dirantai.
Namun, setelah kematiannya yang ketiga, Sisyphus tidak bisa lepas dari takdirnya.
Zeus, raja para dewa, mengintervensi dan menghukum Sisyphus. Zeus memberikan hukuman yang agak aneh. Sisyphus disuruh menggelindingkan sebuah batu besar ke atas bukit yang curam.
Setiap kali Sisyphus hampir menyelesaikan tugasnya, batu itu secara ajaib menggelinding kembali dengan sendirinya. Akibatnya, ia harus memulai dari awal lagi, membuatnya tidak mungkin dibebaskan dari hukuman ini.
Pada akhirnya, hukuman itu tidak berujung. Hukuman itu hanya untuk membuatnya menggelindingkan batu dari genggamannya dan kembali berulang kali untuk selama-lamanya.
Sifat abadi dari tugas Sisyphus yang sia-sia tentu merupakan hukuman yang mengerikan. Namun belakangan ini beberapa orang telah mengambil perspektif yang menarik tentang makna mitos Sisyphus.
Dalam Homer's (kisah Yunani kuno) Odyssey, pahlawan Yunani Odysseus menggambarkan telah melihat Sisifus dan hukuman abadi sebagai berikut:
“Kemudian saya menyaksikan Sisyphus disiksa, saat dia bergulat dengan batu besar dengan kedua tangannya. Menguatkan dirinya dan mendorong dengan tangan dan kaki, dia mendorong batu besar itu ke atas."
"Tetapi setiap kali, ketika dia hendak meletakannya di atas puncak, karena terlalu berat dan tumpuannya tipis, maka sekali lagi batu itu berguling ke bawah, ia melakukan itu berulang-ulang."