Ledakan atom menimbulkan cukup banyak debu dan puing-puing hingga hampir menutupi sinar matahari pagi. Yamaguchi dikelilingi oleh semburan abu yang berjatuhan.
Dia bisa melihat awan jamur api naik di langit di atas Hiroshima. Wajah dan lengan bawahnya terbakar parah dan kedua gendang telinganya pecah.
Yamaguchi berjalan dengan bingung menuju apa yang tersisa dari galangan kapal Mitsubishi. Di sana, dia menemukan rekan kerjanya Akira Iwanaga dan Kuniyoshi Sato. Keduanya selamat dari ledakan tersebut.
Mereka yang selamat kemudian menghabiskan malam yang mencekam di tempat perlindungan serangan udara. Semua orang bangun pada tanggal 7 Agustus dan berjalan menuju stasiun kereta api.
Bak mimpi buruk, orang-orang melewati bangunan yang hancur, api yang masih menyala, dan mayat yang hangus di jalanan.
Jembatan kota berubah menjadi puing-puing. Saat menyeberangi sungai, Yamaguchi terpaksa berenang melalui lapisan mayat yang mengambang.
Setelah mencapai stasiun, dia menaiki kereta yang penuh dengan penumpang yang terbakar dan kebingungan.
Yamaguchi berhasil kembali ke istri dan anaknya. Saat itu, seluruh dunia mengalihkan perhatiannya ke Hiroshima.
Sekitar 16 jam setelah bom atom dijatuhkan, Presiden Harry Truman memberikan pidato yang mengungkap keberadaan bom atom untuk pertama kalinya.
Ledakan itu menewaskan sekitar 80.000 orang dan puluhan ribu lainnya binasa dalam minggu-minggu berikutnya.
Truman memberi peringatan dalam pernyataannya. “Jika tidak menyerah, Jepang akan menghadapi hujan kehancuran dari udara. Hal itu belum pernah terjadi sebelumnya di bumi ini.”