Nationalgeographic.co.id—Sejarah peradaban Minoa adalah masyarakat Zaman Perunggu yang berkembang di pulau Kreta dari sekitar 3000 hingga 1450 SM.
Catatan sejarah peradaban Minoa dikenal karena lukisan dindingnya yang semarak, kompleks istana yang rumit, dan kecakapan maritim yang maju. Bangsa Minoa memiliki warisan mendalam pada sejarah Yunani di kemudian hari.
Namun, di luar pencapaian arsitektural dan artistik mereka, orang Minoa sangat spiritual. Mereka juga mempunyai ritual yang unik yaitu melompati banteng dengan tujuan kesuburan, kekuatan, atau pemujaan banteng sebagai hewan suci.
Misteri Besar Agama Minoa
Sejarah peradaban Minoa, terlepas dari pengaruhnya yang signifikan terhadap dunia kuno, tidak meninggalkan teks atau kitab suci agama yang lengkap.
Akibatnya, pemahaman tentang agama Minoa terutama didasarkan pada bukti arkeologis, termasuk artefak, lukisan dinding, dan sisa-sisa kuil serta tempat suci.
Bukti ini menunjukkan bahwa agama Minoan bersifat politeistis, dengan jajaran dewa yang disembah dalam berbagai bentuk dan konteks.
Salah satu aspek paling khas dari agama Minoa adalah penekanan yang jelas pada pemujaan dewi.
Sebagian besar sosok dewa yang digambarkan dalam seni Minoa adalah perempuan. Hal ini membuat banyak ahli berpendapat bahwa orang Minoa menyembah Dewi Agung, yang mungkin adalah dewi ibu atau dewi alam.
Dewi ini sering digambarkan berasosiasi dengan hewan, terutama ular dan burung, dan elemen alam, seperti pohon dan gunung, menunjukkan hubungan yang kuat antara yang ilahi dan alam dalam kepercayaan Minoan.
Kuil Suci
Keyakinan religiusnya yang mendalam dalam sejarah peradaban Minoa menciptakan berbagai ruang suci untuk beribadah.
Ruang-ruang ini berkisar dari kompleks istana megah hingga suaka puncak terbuka, dan dari suaka gua hingga kuil domestik, yang mencerminkan beragam cara orang Minoa terhubung dengan yang ilahi.
Istana-istana megah Knossos, Phaistos, Malia, dan Zakros, selain sebagai pusat administrasi dan pemukiman, juga memiliki fungsi keagamaan yang signifikan.
Kompleks megah dihiasi dengan ikonografi religius, termasuk lukisan dinding yang menggambarkan dewa, hewan suci, dan adegan ritual, yang menunjukkan pentingnya sebagai pusat keagamaan. Namun, ruang sakral yang paling khas di Kreta Minoan adalah tempat suci puncak.
Tempat tersebut adalah kuil terbuka yang terletak di puncak gunung. Orang Minoa menyembah dewa mereka di bawah langit terbuka.
Tempat suci puncak biasanya diisi dengan berbagai persembahan, termasuk patung tanah liat, tulang hewan, dan tembikar, yang menunjukkan bahwa itu adalah tempat ziarah massal dan aktivitas ritual.
Lokasi tempat suci ini mencerminkan kepercayaan orang Minoa pada transendensi dewa mereka dan keinginan mereka untuk lebih dekat dengan yang ilahi.
Selain tempat suci puncak, orang Minoa juga beribadah di tempat suci gua. Gua-gua alami ini, yang ditemukan di seluruh Kreta, dianggap sebagai ruang suci, mungkin karena hubungannya dengan dunia bawah atau rahim Ibu Pertiwi.
Seperti tempat suci puncak, tempat suci gua berisi banyak persembahan, menunjukkan penggunaannya untuk tujuan ritual.
Kuil domestik adalah aspek penting lainnya dari praktik keagamaan Minoa. Kuil kecil ini, yang terletak di dalam bangunan tempat tinggal, kemungkinan besar digunakan untuk ibadah pribadi dan ritual rumah tangga.
Mereka sering berisi patung-patung religius, bejana ritual, dan benda-benda suci lainnya, yang menunjukkan bahwa agama merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat Minoa.
Ritual Lompat Banteng
Sejarah peradaban Minoa mempraktikkan berbagai ritual yang merupakan bagian integral dari kehidupan spiritual mereka. Ritual-ritual ini semuanya ditujukan untuk berkomunikasi dengan yang ilahi, mencari berkah, atau menenangkan para dewa.
Salah satu ritual Minoan yang paling ikonik adalah lompat banteng, juga dikenal sebagai taurokathapsia.
Ritual lompat banteng diyakini memiliki makna religius, terkait dengan kesuburan, kekuatan, dan pemujaan banteng sebagai hewan suci.
Jenis ritual Minoan lainnya yang umum melibatkan penggunaan patung-patung, sering kali terbuat dari terakota. Patung-patung ini menggambarkan manusia, hewan, atau dewa, digunakan dalam berbagai konteks ritual.
Mereka sering ditemukan dalam jumlah besar di tempat suci puncak dan tempat suci gua, menunjukkan bahwa mereka digunakan sebagai persembahan kepada para dewa.
Ritual Minoan juga melibatkan penggunaan berbagai simbol dan ikonografi. Kapak ganda, atau labrys adalah salah satu simbol paling umum yang ditemukan dalam konteks keagamaan Minoa dan sering diasosiasikan dengan dewi.
Simbol umum lainnya termasuk tanduk pengudusan melambangkan tanduk banteng suci. Sementara simpul sakral, simpul rumit melambangkan hubungan antara alam manusia dan alam ilahi.
Musik dan tarian juga memainkan peran penting dalam ritual Minoan. Lukisan dinding dan tembikar dari Kreta Minoan sering kali menggambarkan orang-orang yang memainkan alat musik atau terlibat dalam tarian menunjukkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upacara keagamaan mereka.
Dalam ritual, adanya musik dan tarian telah digunakan untuk menimbulkan keadaan seperti kesurupan. Hal ini memungkinkan para peserta untuk terhubung dengan yang ilahi.
Peran Pendeta dalam Ritual
Dalam sejarah peradaban Minoan, agama adalah aspek sentral dari kehidupan sehari-hari dan peran pendeta sangatlah penting.
Para pemimpin agama ini adalah perantara antara alam manusia dan alam dewa, bertanggung jawab untuk melakukan ritual, menjaga ruang sakral, dan menafsirkan kehendak para dewa.
Salah satu aspek paling khas dari agama Minoa adalah menonjolnya tokoh agama perempuan.
Banyak lukisan dinding dan patung dari Kreta Minoan yang menggambarkan wanita dalam posisi otoritas keagamaan, membuat para ahli berpendapat bahwa pendeta wanita memainkan peran penting dalam praktik keagamaan Minoa.
Pendeta ini sering digambarkan dengan simbol otoritas, seperti kapak ganda atau simpul sakral, dan terkadang ditampilkan dalam tindakan melakukan ritual, seperti menuangkan persembahan atau memegang ular suci.
Keunggulan pendeta wanita dalam agama Minoa mungkin mencerminkan pentingnya pemujaan dewi dalam masyarakat Minoa.
Orang Minoa menyembah sejumlah dewa wanita, termasuk kemungkinan Dewi Agung, dan kemungkinan besar pendeta wanita bertanggung jawab untuk melakukan ritual untuk menghormati dewi-dewi ini.
Peran pendeta wanita juga dapat mencerminkan status wanita dalam masyarakat Minoan, yang umumnya diyakini lebih egaliter daripada masyarakat kontemporer lainnya.
Sementara pendeta wanita tampaknya menonjol dalam agama Minoan, tokoh agama laki-laki atau pendeta juga hadir.
Pendeta ini lebih jarang digambarkan dalam seni Minoa, tetapi ketika mereka muncul, mereka sering ditampilkan berhubungan dengan banteng, menunjukkan peran dalam ritual yang berhubungan dengan banteng.
Kehadiran pendeta wanita dan pendeta dalam agama Minoan menunjukkan hierarki keagamaan yang kompleks, dengan individu yang berbeda bertanggung jawab atas aspek praktik keagamaan yang berbeda.
Peran biksu dan pendeta dalam masyarakat Minoa tidak sebatas melakukan ritual. Mereka terlibat dalam administrasi ruang sakral, penyelenggaraan festival keagamaan.
Sebagai perantara antara alam manusia dan alam dewa, mereka memegang posisi otoritas dan rasa hormat yang tinggi dalam masyarakat Minoa.