Ketika tradisi hukum dan orasi Yunani berkembang, Peitho menjadi semakin penting dalam berfungsinya masyarakat.
Ahli retorika memandang Peitho sebagai dewi yang dominan di bidangnya. Retorika dan orasi dikhususkan untuk membujuk orang terhadap keyakinan pembicara, jadi Peitho dianggap menginspirasi kata-kata mereka.
Pidato persuasif bukan hanya pengejaran akademis, itu juga merupakan bagian penting dari hukum dan kepemimpinan.
Dalam kisah Orestes, misalnya, Peitho dipuji karena membuat kata-kata menjadi lebih persuasif. Tanpa pengaruhnya, Athena tidak akan mampu meyakinkan para Furies untuk menerima keputusan pengadilan.
Eksperimen pertama dengan kasus juri Athena hampir berakhir dengan pertengkaran karena Furies menolak untuk menerima putusan pengadilan. Namun, melalui retorika persuasif, Athena mampu meyakinkan mereka untuk menerima sistem baru.
Sebagai dewi pidato persuasif, Peitho berperan penting dalam bekerjanya hukum dan demokrasi Athena. Politisi memintanya untuk membujuk orang ke pihak mereka, pengacara mengucapkan kata-kata persuasif untuk mempengaruhi juri, dan pihak berwenang meyakinkan kelompok lawan untuk bernegosiasi daripada berkelahi satu sama lain.
Oleh karena itu, Peitho dianggap penting baik dalam kehidupan publik maupun urusan pribadi. Dia bertanggung jawab untuk penyatuan, baik dalam pernikahan atau di bawah hukum.
Di sebagian besar Yunani, Peitho juga dipuja sebagai dewi sipil yang penting. Kemampuan persuasifnya sama pentingnya untuk menyatukan orang-orang sebagai warga negara seperti dalam membuat orang jatuh cinta.
Beberapa kota memuji Peitho. Jika orang tidak dibujuk untuk berkumpul, menemukan titik temu, dan bekerja secara kolektif, kehidupan sipil tidak mungkin terjadi.
Sebagai pelindung retorika, Peitho adalah sosok yang kuat di bidang hukum dan ketertiban. Kata-kata persuasif memengaruhi juri dan mempengaruhi orang ke posisi politik.