Nationalgeographic.co.id—Peitho adalah dewi persuasi dan rayuan dalam mitologi Yunani kuno.Dia sering ditampilkan bersama Aphrodite, dewi cinta, kecantikan dan pernikahan.
Seperti banyak dewa dan dewi minor dalam mitologi Yunani, Peitho dinamai sesuai domainnya. Dia mempersonifikasikan tindakan persuasi dan memiliki sedikit mitologi atau karakterisasi yang membedakan.
Peitho dikatakan sebagai salah satu Oceanids, putri Oceanus dan Tethys. Biasanya dianggap sebagai nimfa, Oceanid mencakup banyak dewi yang lebih tua dari dewa Yunani.
Saat pasangan tertarik satu sama lain, Peitho membujuk mereka untuk melanjutkan hubungan. Hal ini membuatnya menjadi dewi pernikahan juga.
Dia tidak hanya memengaruhi perasaan pasangan itu satu sama lain, tetapi juga berperan dalam negosiasi antara keluarga yang diperlukan untuk mengatur pernikahan. Kekuatan persuasi Peitho paling sering digambarkan dalam hal cinta, asmara, dan seksualitas.
Dalam seni dan sastra, Peitho paling sering ditampilkan sebagai bantuan Aphrodite dalam rayuan dan pernikahan. Namun dalam kehidupan sehari-hari, perannya jauh lebih luas.
Peitho juga muncul dalam banyak penggambaran pernikahan. Dalam satu cerita, dia menampakkan diri kepada pahlawan Cadmus saat dia mengembara mencari saudara perempuannya, Europa.
Menyamar sebagai pelayan, Peitho membawanya melewati kabut tebal ke istana Electra, di mana dia akan bertemu Harmonia.
Dalam peran ini, Peitho berperan sebagai fasilitator cinta. Dengan membujuk Cadmus untuk bertemu Harmonia, dia menempatkan mereka berdua pada posisi untuk terkena panah Eros dan jatuh cinta satu sama lain.
Penulis Yunani juga memberikan peran yang lebih nyata bagi dewi persuasi dalam persiapan pernikahan.
Perkawinan, khususnya di kalangan kelas atas, biasanya diatur oleh orang tua mempelai wanita. Ketika seorang wanita muda yang sangat menarik atau kaya mencapai usia pernikahan, banyak pelamar yang bersaing untuk mendapatkan bantuan ayahnya.
Kekuatan persuasif Peitho sangat penting bagi seorang pria yang ingin meyakinkan ayah seorang wanita muda bahwa dia adalah pilihan terbaik untuk menjadi suaminya.
Peitho sangat erat kaitannya dengan pernikahan sehingga Plutarch memasukkannya ke dalam daftar lima dewa yang harus didoakan oleh pasangan baru untuk hidup bahagia dan sejahtera bersama. Yang lainnya adalah Olympian yang lebih kuat – Zeus, Hera, Aphrodite, dan Artemis.
Kisah yang melibatkan Peitho dalam seni bukan hanya pernikahan, melainkan penculikan. Pada abad ke-5 SM dia menjadi tokoh biasa dalam adegan kawin lari Paris dan Helen.
Sejarawan percaya bahwa Peitho mungkin perlu mempengaruhi kedua kekasih itu untuk meyakinkan mereka melarikan diri bersama. Paris mungkin perlu diyakinkan untuk menculik Helen, tetapi pada saat itu pertanyaan tentang hak pilihan Helen dalam kawin larinya juga menjadi topik perdebatan.
Peran Peitho sebagai dewi persuasi dan rayuan terkadang menyebabkan dia diasosiasikan dengan wanita yang mempraktikkan keterampilan tersebut secara teratur.
Peitho bekerja dengan Aphrodite untuk membujuk pria agar jatuh cinta dengan kecantikan wanita begitu dekat sehingga kedua dewi itu sering digabungkan.
Peran Peitho dalam Politik
Rayuan adalah bentuk persuasi yang paling sering digunakanPeitho dalam banyak mitos, namun dalam kehidupan sehari-hari ada banyak contoh lain di mana dewi dipanggil. Perbedaan antara fungsi mitologisnya dan perannya dalam kehidupan sipil sangat besar.
Di kota-kota Yunani, khususnya Athena dan Argos, Peitho dipandang sebagai kekuatan pemersatu. Tanpa dia, masyarakat tidak akan bisa berfungsi.
Dalam legenda lokal Argos, Peitho memainkan peran yang mirip dengan Harmonia di Thebes. Dia terkait dengan para pendiri kota, yang menyatukan faksi-faksi negara menjadi satu kesatuan yang damai.
Orang-orang Thebes memuji dewi keharmonisan dengan pencapaian ini, tetapi penduduk Argos percaya bahwa negosiasi dan kesepakatanlah yang menyatukan kota mereka. Peitho tidak menginspirasi harmoni, dia membujuk orang untuk mencapai kesepakatan dan bekerja sama.
Demikian pula, orang Athena percaya bahwa Peitho dan Aphrodite telah meyakinkan penduduk awal kota untuk bersatu di bawah pemerintahan Theseus. Penyatuan kota itu dimungkinkan karena orang-orang dibujuk untuk mengikuti putra Aegeus.
Oleh karena itu, Peitho memiliki kehadiran kultus besar di kota-kota ini. Sebagai pelindung kecil, dia terus memengaruhi orang untuk bekerja sama agar masyarakat mereka berjalan lancar dan efisien.
Ketika tradisi hukum dan orasi Yunani berkembang, Peitho menjadi semakin penting dalam berfungsinya masyarakat.
Ahli retorika memandang Peitho sebagai dewi yang dominan di bidangnya. Retorika dan orasi dikhususkan untuk membujuk orang terhadap keyakinan pembicara, jadi Peitho dianggap menginspirasi kata-kata mereka.
Pidato persuasif bukan hanya pengejaran akademis, itu juga merupakan bagian penting dari hukum dan kepemimpinan.
Dalam kisah Orestes, misalnya, Peitho dipuji karena membuat kata-kata menjadi lebih persuasif. Tanpa pengaruhnya, Athena tidak akan mampu meyakinkan para Furies untuk menerima keputusan pengadilan.
Eksperimen pertama dengan kasus juri Athena hampir berakhir dengan pertengkaran karena Furies menolak untuk menerima putusan pengadilan. Namun, melalui retorika persuasif, Athena mampu meyakinkan mereka untuk menerima sistem baru.
Sebagai dewi pidato persuasif, Peitho berperan penting dalam bekerjanya hukum dan demokrasi Athena. Politisi memintanya untuk membujuk orang ke pihak mereka, pengacara mengucapkan kata-kata persuasif untuk mempengaruhi juri, dan pihak berwenang meyakinkan kelompok lawan untuk bernegosiasi daripada berkelahi satu sama lain.
Oleh karena itu, Peitho dianggap penting baik dalam kehidupan publik maupun urusan pribadi. Dia bertanggung jawab untuk penyatuan, baik dalam pernikahan atau di bawah hukum.
Di sebagian besar Yunani, Peitho juga dipuja sebagai dewi sipil yang penting. Kemampuan persuasifnya sama pentingnya untuk menyatukan orang-orang sebagai warga negara seperti dalam membuat orang jatuh cinta.
Beberapa kota memuji Peitho. Jika orang tidak dibujuk untuk berkumpul, menemukan titik temu, dan bekerja secara kolektif, kehidupan sipil tidak mungkin terjadi.
Sebagai pelindung retorika, Peitho adalah sosok yang kuat di bidang hukum dan ketertiban. Kata-kata persuasif memengaruhi juri dan mempengaruhi orang ke posisi politik.