Samurai Fukuzawa Yukichi dan Reformasi Pendidikan di Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Senin, 7 Agustus 2023 | 13:00 WIB
Fukuzawa Yukichi lahir di tengah keluarga samurai miskin di Kekaisaran Jepang. Kelak, ia mereformasi pendidikan dan turut memodernisasi Jepang. (Fukuzawa Research Center)

Pada musim semi tahun 1860, pada usia 25 tahun, dia mengajukan diri untuk bergabung dengan misi Amerika di San Francisco. Di Amerika, dia menghabiskan 1 bulan dan kembali ke rumah dengan membawa berbagai buku.

Membuka sekolah

Di Eropa, Fukuzawa menyaksikan peradaban mutakhir seperti lokomotif uap dan perangkat listrik. Ia kagum dengan hal-hal yang tidak ada di Jepang saat itu, seperti perbankan, layanan pos, wajib militer, pemilu, dan sistem parlementer. Ia pun bekerja keras menerjemahkan semua yang ia temukan untuk dibawa ke Jepang.

Dikisahkan bahwa dialah yang membawa konsep asuransi dan pembukuan ke Kekaisaran Jepang.

Percaya bahwa Kekaisaran Jepang membutuhkan lebih banyak pendidikan untuk berkembang di masa depan, dia memutuskan untuk mendirikan sekolah swasta. Karena alasan ini, ia dapat dianggap sebagai bapak pendidikan modern, meletakkan dasar pendidikan modern.

Pada tahun 1858 ia pindah ke Edo untuk membuka sekolah berbahasa Belanda. Pada tahun 1868 sekolah itu diberi mana Keio Gijuku. Sekolah itu berkembang menjadi Universitas Keio, universitas besar pertama yang independen dari dominasi pemerintah. Kelak, univesitas itu menghasilkan banyak pemimpin bisnis di Kekaisaran Jepang.

Melalui perjalanan ini, Fukuzawa menyadari bahwa kemajuan teknologi membuat negara-negara Barat menjadi lebih kaya. Karena itu, diperlukan perubahan revolusioner yang sama dalam pengetahuan dan pemikiran masyarakat di Jepang.

Menuliskan buku yang menggambarkan kemajuan di Barat

Setelah melakukan perjalanan pertama ke luar negeri, Fukuzawa menulis Seiyo jijo (Kondisi di Barat). Buku tersebut menjadi populer dalam waktu singkat karena deskripsinya yang sederhana dan jelas tentang institusi politik, ekonomi, dan budaya Barat.

Melanjutkan upayanya untuk memperkenalkan cara-cara Barat di Kekaisaran Jepang, ia mengembangkan gaya penulisan yang jernih. Pemuda dari keluarga samurai itu pun memulai upaya pertama berbicara di depan umum dan berdebat di Kekaisaran Jepang.

Pada tahun-tahun xenofobia di akhir periode Edo (Tokugawa), sebelum Restorasi Meiji, Fukuzawa memperjuangkan cara-cara Barat memicu banyak upaya dalam hidupnya.

Setelah restorasi, ketika pemerintah Kekaisaran Jepang mulai aktif mencari pengetahuan asing, Fukuzawa sering diundang bergabung dengan pemerintahan, tetapi dia menolak.