Samurai Fukuzawa Yukichi dan Reformasi Pendidikan di Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Senin, 7 Agustus 2023 | 13:00 WIB
Fukuzawa Yukichi lahir di tengah keluarga samurai miskin di Kekaisaran Jepang. Kelak, ia mereformasi pendidikan dan turut memodernisasi Jepang. (Fukuzawa Research Center)

Nationalgeographic.co.id—Fukuzawa Yukichi adalah seorang penulis, pendidik, dan samurai di Kekaisaran Jepang. Sebagai samurai, ia adalah orang paling berpengaruh di luar pemerintah pada Restorasi Meiji setelah penggulingan Keshogunan Tokugawa.

Fukuzawa Yukichi memimpin perjuangan untuk memperkenalkan ide-ide Barat untuk kemajuan Kekaisaran Jepang. Seperti apa perjuangannya untuk dunia pendidikan di Kekaisaran Jepang?

Berasal dari keluarga samurai berpangkat rendah di Kekaisaran Jepang

Fukuzawa dibesarkan di Kyushu utara, putra bungsu dari samurai berpangkat rendah yang miskin. Ia lahir pada tanggal 10 Januari 1835.

Fukuzawa memiliki satu kakak laki-laki dan tiga kakak perempuan. Ayahnya meninggal mendadak ketika dia masih sangat muda dan keluarganya sangat miskin. Dia menghabiskan sebagian besar masa mudanya dengan melakukan pekerjaan rumah.

Ketika berusia 14 tahun, Fukuzawa dapat memperoleh dana untuk pendidikannya dan akhirnya memulai studinya. Bakatnya pun mulai berkembang begitu ia mendapatkan pendidikan.  

Di sekolah, anak dari keluarga samurai berpangkat rendah itu unggul di hampir semua mata pelajaran.

Rupanya, kedatangan armada Amerika pada tahun 1853, ketika dia berusia 18 tahun, berdampak besar pada jalan hidupnya.

Memiliki sedikit peluang untuk maju di kampung halamannya, pada 1854 dia pergi ke Nagasaki untuk mempelajari teknik militer barat. “Saat itu, Nagasaki adalah salah satu dari sedikit daerah di Kekaisaran Jepang yang memiliki koneksi ke Barat,” tulis Kenneth Pletcher di laman Britannica.

Setahun kemudian, ia pergi ke Osaka untuk mempelajari bahasa Belanda. Sebelum Kekaisaran Jepang dibuka untuk Barat pada pertengahan abad ke-19, hanya Belanda yang memiliki akses masuk ke Jepang.

Pada tahun 1859, Kekaisaran Jepang akhirnya membuka tiga pelabuhan bagi para pedagang Barat. Salah satunya adalah pelabuhan di Yokohama.

Fukuzawa mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda kepada orang asing sebagai pedagang. Tetapi mereka tidak dapat memahaminya sama sekali. Saat itulah dia menyadari pentingnya bahasa Inggris.

Pada musim semi tahun 1860, pada usia 25 tahun, dia mengajukan diri untuk bergabung dengan misi Amerika di San Francisco. Di Amerika, dia menghabiskan 1 bulan dan kembali ke rumah dengan membawa berbagai buku.

Membuka sekolah

Di Eropa, Fukuzawa menyaksikan peradaban mutakhir seperti lokomotif uap dan perangkat listrik. Ia kagum dengan hal-hal yang tidak ada di Jepang saat itu, seperti perbankan, layanan pos, wajib militer, pemilu, dan sistem parlementer. Ia pun bekerja keras menerjemahkan semua yang ia temukan untuk dibawa ke Jepang.

Dikisahkan bahwa dialah yang membawa konsep asuransi dan pembukuan ke Kekaisaran Jepang.

Percaya bahwa Kekaisaran Jepang membutuhkan lebih banyak pendidikan untuk berkembang di masa depan, dia memutuskan untuk mendirikan sekolah swasta. Karena alasan ini, ia dapat dianggap sebagai bapak pendidikan modern, meletakkan dasar pendidikan modern.

Pada tahun 1858 ia pindah ke Edo untuk membuka sekolah berbahasa Belanda. Pada tahun 1868 sekolah itu diberi mana Keio Gijuku. Sekolah itu berkembang menjadi Universitas Keio, universitas besar pertama yang independen dari dominasi pemerintah. Kelak, univesitas itu menghasilkan banyak pemimpin bisnis di Kekaisaran Jepang.

Melalui perjalanan ini, Fukuzawa menyadari bahwa kemajuan teknologi membuat negara-negara Barat menjadi lebih kaya. Karena itu, diperlukan perubahan revolusioner yang sama dalam pengetahuan dan pemikiran masyarakat di Jepang.

Menuliskan buku yang menggambarkan kemajuan di Barat

Setelah melakukan perjalanan pertama ke luar negeri, Fukuzawa menulis Seiyo jijo (Kondisi di Barat). Buku tersebut menjadi populer dalam waktu singkat karena deskripsinya yang sederhana dan jelas tentang institusi politik, ekonomi, dan budaya Barat.

Melanjutkan upayanya untuk memperkenalkan cara-cara Barat di Kekaisaran Jepang, ia mengembangkan gaya penulisan yang jernih. Pemuda dari keluarga samurai itu pun memulai upaya pertama berbicara di depan umum dan berdebat di Kekaisaran Jepang.

Pada tahun-tahun xenofobia di akhir periode Edo (Tokugawa), sebelum Restorasi Meiji, Fukuzawa memperjuangkan cara-cara Barat memicu banyak upaya dalam hidupnya.

Setelah restorasi, ketika pemerintah Kekaisaran Jepang mulai aktif mencari pengetahuan asing, Fukuzawa sering diundang bergabung dengan pemerintahan, tetapi dia menolak.

Anak samurai mendirikan perusahaan surat kabar

Pada tahun 1882 Fukuzawa mendirikan Jiji shimpo. Selama bertahun-tahun, Jiji shimpo menjadi salah satu surat kabar paling berpengaruh di Kekaisaran Jepang. Surat kabar ini juga menjadi sarana pelatihan bagi banyak politisi dan jurnalis liberal.

Dia juga menulis lebih dari 100 buku. Sebagian besar tulisannya menjelaskan dan mengadvokasi pemerintahan parlementer, pendidikan populer, reformasi bahasa, dan hak-hak perempuan.

Fukuzawa menyatakan bahwa penghapusan semua hak feodal oleh pemerintah Meiji dan kemenangan Kekaisaran Jepang atas Tiongkok telah melengkapi hidupnya sepenuhnya. “Satu-satunya penyesalannya adalah banyak dari temannya tidak hidup untuk melihat pencapaian besar di Kekaisaran Jepang,” tambah Pletcher.

Fukuzawa menulis, “Semua orang adalah sama dan harus mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama.” Menurutnya, masyarakat harus setara dan kesempatan pendidikan harus setara. Karena itu, mereka yang berprestasi, apapun keadaannya, dapat menempati posisi kekuasaan dan pengaruh untuk kemajuan masyarakat secara keseluruhan.

Keyakinan ini mengakhiri keistimewaan dan kediktatoran Kekaisaran Jepang pada saat itu dan memberi harapan bagi seluruh rakyat. Rakyat mendambakan masyarakat baru di mana individu akan dianggap berdasarkan kemampuan mereka alih-alih kasta atau kekayaan. Keyakinan Fukuzawa Yukichi, si anak samurai, adalah awal dari Jepang modern saat ini.