Kuroda Kanbei berhasil memimpin Pertempuran Shikoku tahun 1585, dan sekitar tahun 1587, diperintahkan untuk merebut Kyushu. Saat dalam misi Kyushu, dia bergabung dengan daimyo Kristen, Takayama Ukon.
Pengaruh agama asing pada Kuroda Kanbei
Kanbei dipengaruhi oleh Ukon dan banyak orang Jepang yang berbondong-bondong memeluk agama tersebut. Ia pun dibaptis dengan nama Don Simeon. Kanbei dikatakan telah menyelamatkan misi Jesuit ketika Otomo Sorin diserang oleh Klan Shimazu di Provinsi Bungo.
Prihatin dengan meningkatnya pengaruh agama asing, Hideyoshi kemudian mengusir semua misionaris asing. Ia pun melarang samurainya memeluk agama Kristen. “Kanbei dengan cepat meninggalkan keyakinannya dan mengadopsi nama Buddhis Josui,” tambah Kato.
Samurai dan ahli strategi jenius di Kekaisaran Jepang
Ahli strategi jenius dan samurai itu menjadi sangat dekat dengan Hideyoshi. Ia mengambil peran sebagai kepala penasihat keponakan Hideyoshi, Kobayakawa Hideaki. Hideaki menjadi pemimpin serangan kedua ke Korea.
Selama kampanye ke Korea itulah salah satu komisaris, Ishida Mitsunari, meremehkan Kuroda Kanbei dan putranya Nagamasa. Setelah kematian Toyotomi Hideyoshi, Kuroda mengalihkan aliansi ke kubu Tokugawa. Alasannya karena perasaan buruk mereka terhadap Ishida Mitsunari dan perannya yang meningkat sebagai pemimpin loyalis Barat.
Kuroda kemudian bergabung dengan Kato Kiyomasa pada tahun 1600, melawan loyalis Barat di Kyushu pada saat Pertempuran Sekigahara. Mengikuti Sekigahara, Kuroda ditawari posisi dalam pemerintahan Tokugawa. Namun posisi itu ditolaknya dengan sopan.
Kemampuan Kuroda Kanbei yang ditakuti oleh Toyotomi Hideyoshi
Hideyoshi sangat mempercayai Kanbei sejak bergabung Nobunaga sampai para samurai itu menyatukan Kekaisaran Jepang. Namun di saat yang sama, dia takut akan kemampuan Kanbei.
Hideyoshi pernah memberi tahu bawahannya saat sedang mendiskusikan siapa yang akan mengendalikan Kekaisaran Jepang setelah Hideyoshi meninggal. Katanya, Kanbei akan mengendalikannya bahkan saat Hideyoshi masih hidup.
Hideyoshi memandang Kanbei sebagai senjata paling ampuh. Hal ini berarti, Kanbei bisa menjadi orang yang paling berbahaya bagi Hideyoshi jika mereka menjadi musuh.
Kanbei selalu diberikan wilayah di Kyushu (daerah selatan Jepang) sehingga dia selalu dijauhkan dari Osaka, pusat politik kekaisaran. Mengapa hal itu dilakukan? Menurut samurai pemersatu Kekaisaran Jepang itu, akan berbahaya bagi klan Toyotomi jika Kanbei memiliki terlalu banyak kekuatan.
Sebagai seorang ahli strategi, Kanbei melayani para bangsawan dengan patuh, memimpin banyak perang menuju kemenangan, dan menyaksikan penyatuan kekaisaran.
Tindakan dan idenya memainkan peran utama dalam membentuk sejarah Kekaisaran Jepang seperti yang kita kenal. Sebagian besar keberhasilan Hideyoshi merupakan buah dari nasihat Kanbei yang bijaksana.
Setelah Pertempuran Sekigahara, Ieyasu ingin memberikan wilayah kepada Kanbee sebagai hadiah, tetapi Kanbee menolaknya dan memilih untuk pensiun. Pada tahun 1604, Kanbee meninggal di Kyoto pada usia 59 tahun.