Nationalgeographic.co.id—Kuroda Kanbei, juga dikenal sebagai Kuroda Yoshitaka, adalah seorang penasihat militer dan daimyo di akhir periode Sengoku. Seorang samurai dan ahli strategi yang brilian, dia adalah seorang pejuang yang sangat dihormati. Kelak, ia dikenal karena kecerdasan, keberanian, dan kesetiaannya yang cepat dalam sejarah Kekaisaran Jepang.
Kuroda Kanbei bergabung dengan samurai pemersatu Kekaisaran Jepang
Kuroda Kanbei lahir di Himeji pada tahun 1546. Kakek dan ayahnya adalah pengikut senior Klan Kodera di Himeji.
Ketika dia berusia 13 tahun, dia kehilangan ibunya. Kanbei pun terobsesi dengan belajar dan seni bela diri untuk melupakan kesedihannya. Ia tumbuh menjadi pria yang cerdas, bijaksana, dan kuat.
Di usianya yang baru 15 tahun, Kanbee mulai melayani panglima perang, Kodera Masamoto. Tahun berikutnya, Kanbee berpartisipasi dalam perang untuk pertama kalinya bersama ayahnya. Mereka mengalahkan kelompok samurai setempat. Kemudian, dia menikahi majikannya, keponakan Kodera, bernama Teru. Kanbei pun menjadi pemilik Kastel Himeji.
Setelah kematian ayahnya, Mototaka, Kanbei menjadi kepala keluarga Kuroda pada usia 21 tahun.
Sadar akan meningkatnya kekuatan Oda Nobunaga, Kanbei menyarankan junjungannya Kodera Masamoto mempertimbangkan untuk bergabung dengan Oda. Namun Kodera lebih suka berpihak pada Klan Mori. Di masa itu, Klan Mori berperang dengan pasukan Oda.
Sebaliknya, Kanbei menghubungi Toyotomi Hideyoshi dan meminta audiensi langsung dengan Nobunaga. Setelah mendengar rencana Nobunaga, dia sendiri menawarkan nasihat tentang rencana penyerangan.
“Nasihat Kanbei didengar oleh samurai pemersatu Kekaisaran Jepang itu,” tulis Koda di laman Japan Up Magazine. Kodera pun terpaksa menyerah. Menjanjikan kesetiaannya kepada Klan Oda, Kanbei dan Takenaka Hanbei, melayani Toyotomi Hideyoshi sebagai penasihat. Hanbei adalah ahli strategi berbakat di Kekaisaran Jepang saat itu.
Pada tahun 1577, Kanbei dituduh sebagai mata-mata oleh Nobunaga. Karena alasan itu, Nobunaga menculik putra Kanbei yang berusia 9 tahun, Nagamasa, sebagai sandera. Bocah itu diselamatkan oleh rekan dan teman Kanbei, Takenaka Hanbei.
Setahun kemudian, Kuroda Kanbei ditangkap selama misi diplomatik ke Kastel Itami. Kanbei melarikan diri dari sel penjara, tetapi terluka saat melarikan diri. Kecelakaan itu membuatnya pincang permanen.
Kanbei terus melayani Toyotomi Hideyoshi setelah kematian Oda Nobunaga. Mereka bertempur dalam invasi Chugoku, wilayah paling barat, Honshu, di bawah kendali dari Klan Mori.
Kuroda Kanbei berhasil memimpin Pertempuran Shikoku tahun 1585, dan sekitar tahun 1587, diperintahkan untuk merebut Kyushu. Saat dalam misi Kyushu, dia bergabung dengan daimyo Kristen, Takayama Ukon.
Pengaruh agama asing pada Kuroda Kanbei
Kanbei dipengaruhi oleh Ukon dan banyak orang Jepang yang berbondong-bondong memeluk agama tersebut. Ia pun dibaptis dengan nama Don Simeon. Kanbei dikatakan telah menyelamatkan misi Jesuit ketika Otomo Sorin diserang oleh Klan Shimazu di Provinsi Bungo.
Prihatin dengan meningkatnya pengaruh agama asing, Hideyoshi kemudian mengusir semua misionaris asing. Ia pun melarang samurainya memeluk agama Kristen. “Kanbei dengan cepat meninggalkan keyakinannya dan mengadopsi nama Buddhis Josui,” tambah Kato.
Samurai dan ahli strategi jenius di Kekaisaran Jepang
Ahli strategi jenius dan samurai itu menjadi sangat dekat dengan Hideyoshi. Ia mengambil peran sebagai kepala penasihat keponakan Hideyoshi, Kobayakawa Hideaki. Hideaki menjadi pemimpin serangan kedua ke Korea.
Selama kampanye ke Korea itulah salah satu komisaris, Ishida Mitsunari, meremehkan Kuroda Kanbei dan putranya Nagamasa. Setelah kematian Toyotomi Hideyoshi, Kuroda mengalihkan aliansi ke kubu Tokugawa. Alasannya karena perasaan buruk mereka terhadap Ishida Mitsunari dan perannya yang meningkat sebagai pemimpin loyalis Barat.
Kuroda kemudian bergabung dengan Kato Kiyomasa pada tahun 1600, melawan loyalis Barat di Kyushu pada saat Pertempuran Sekigahara. Mengikuti Sekigahara, Kuroda ditawari posisi dalam pemerintahan Tokugawa. Namun posisi itu ditolaknya dengan sopan.
Kemampuan Kuroda Kanbei yang ditakuti oleh Toyotomi Hideyoshi
Hideyoshi sangat mempercayai Kanbei sejak bergabung Nobunaga sampai para samurai itu menyatukan Kekaisaran Jepang. Namun di saat yang sama, dia takut akan kemampuan Kanbei.
Hideyoshi pernah memberi tahu bawahannya saat sedang mendiskusikan siapa yang akan mengendalikan Kekaisaran Jepang setelah Hideyoshi meninggal. Katanya, Kanbei akan mengendalikannya bahkan saat Hideyoshi masih hidup.
Hideyoshi memandang Kanbei sebagai senjata paling ampuh. Hal ini berarti, Kanbei bisa menjadi orang yang paling berbahaya bagi Hideyoshi jika mereka menjadi musuh.
Kanbei selalu diberikan wilayah di Kyushu (daerah selatan Jepang) sehingga dia selalu dijauhkan dari Osaka, pusat politik kekaisaran. Mengapa hal itu dilakukan? Menurut samurai pemersatu Kekaisaran Jepang itu, akan berbahaya bagi klan Toyotomi jika Kanbei memiliki terlalu banyak kekuatan.
Sebagai seorang ahli strategi, Kanbei melayani para bangsawan dengan patuh, memimpin banyak perang menuju kemenangan, dan menyaksikan penyatuan kekaisaran.
Tindakan dan idenya memainkan peran utama dalam membentuk sejarah Kekaisaran Jepang seperti yang kita kenal. Sebagian besar keberhasilan Hideyoshi merupakan buah dari nasihat Kanbei yang bijaksana.
Setelah Pertempuran Sekigahara, Ieyasu ingin memberikan wilayah kepada Kanbee sebagai hadiah, tetapi Kanbee menolaknya dan memilih untuk pensiun. Pada tahun 1604, Kanbee meninggal di Kyoto pada usia 59 tahun.