Bergerak ke Bumi Lestari: Kisah 15 Perempuan di Balik 750 Bank Sampah

By Utomo Priyambodo, Senin, 14 Agustus 2023 | 14:00 WIB
Fei Febri, CEO Bank Sampah Bersinar, sedang berada gudang pengumpulan dan pemilahan lebih lanjut sampah sebelum sampah-sampah itu dibawa ke industri daur ulang. (Ricky Martin)

“Jadi Bank Sampah Bersinar sudah memiliki lebih dari 750 bank sampah unit dengan 80.000 keluarga yang bergabung dalam program ini. Mereka memilah sampah dari sumber dan mengirimkannya ke bank sampah unit yang terdekat,” jelas Fei.

“Setiap bulannya kami mengelola lebih dari 100 ton sampah dan kami berharap bisa berkembang terus di seluruh Indonesia dan menjadi salah satu solusi dari permasalahan sampah di Indonesia,” lanjutnya lagi.

Sampah-sampah yang bisa masyarakat setorkan merupakan sampah anorganik berupa plastik, kertas, kaca, dan logam. Bank Sampah Bersinar kemudian mengirim kumpulan sampah terpilah itu ke pabrik-pabrik daur ulang yang telah menjadi rekanan mereka.

Selain mengedukasi masyarakat untuk terbiasa memilah sampah organik dan anorganik, Bank Sampah Bersinar juga giat memberi edukasi kepada warga cara mengolah sampah organik rumah tangga mereka. Mulai dari mengolah sampah organik dari sisa makanan menjadi pupuk hingga sisa minyak jelantah menjadi sabun.

“Di sisi lain kami membangun inovasi-inovasi untuk pengelolaan sampah, khususnya untuk sampah-sampah yang mungkin belum diterima di industri. Salah satu yang mungkin jadi keunggulan dari kami adalah pengelolaan sampah popok bayi,” tambah Fei.

Lebih dari itu, Bank Sampah Bersinar juga menyediakan jasa penjemputan dan penanganan sampah organik dan anorganik untuk individu maupun perusahaan dengan biaya layanan yang disepakati. Sampah yang secara rutin dijemput ini nantinya akan dipilah lebih lanjut dan diolah agar tak sekadar berakhir ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Yang menarik di balik Bank Sampah Bersinar ini, semua staf kantornya ternyata merupakan perempuan yang masih muda. Jumlah staf kantornya kini ada 15 orang, termasuk Fei dan Michailla. Mereka inilah otak penggerak Bank Sampah Bersinar.

Tentu saja gerakan mereka ini tak akan berjalan tanpa dukungan para pekerja laki-laki di luar kantor. Mulai di bidang pengangkutan dan pengantaran sampah, hingga penanganan dan pemilahan sampah di gudang sampah mereka.

Proses pengumpulan dan pemilahan lebih lanjut sampah dari berbagai bank sampah unit di gudang sampah pusat Bank Sampah Bersinar. (Ricky Martin)

Berbeda dengan tahun 2014 ketika Bank Sampah Bersinar mulai berdiri, saat ini solusi berupa bank sampah sudah mulai banyak ditawarkan oleh berbagai pihak. Bank sampah, atau yang kadang disebut juga waste station, kini telah menjadi tren inovasi di banyak tempat di Indonesia.

Di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, misalnya, juga terdapat sebuah waste station yang bernama Waste Station Kamandaka. Waste station ini dibiayai oleh Totoya dan dikelola oleh Rekosistem, perusahaan rintisan teknologi iklim yang menawarkan layanan pengelolaan dan daur ulang sampah seperti Bank Sampah Bersinar.

Rani Sulastri, staf administrasi Waste Station Kamandaka, menjelaskan jenis sampah yang bisa diterima di sini adalah plastik, kertas, kaca, logam, minyak jelantah, dan sampah elektronik. Dia mengatakan awalnya keberadaan waste station ini kurang dilirik oleh warga Kota Baru Parahyangan, tetapi kini sudah mulai banyak warga yang memilah dan mengumpulkan sampahnya untuk dibawa ke sana.