Kisah Cinta dan Samurai Mengawal Sejarah Sastra Kekaisaran Jepang

By Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, Jumat, 11 Agustus 2023 | 07:04 WIB
Sejarah sastra kekaisaran Jepang diukir tidak dalam hitungan hari. Kisah cinta dan samurai mengawal genre sastra Jepang. (KENPEI)

Nationalgeographic.co.id—Kekaisaran Jepang mengukir sejarah karya sastra Jepang tidak dalam hitungan hari. Karya novelis ratusan tahun lalu mampu memberi pengaruh genre sastra Jepang sepanjang masa. Tak heran jika saat ini Jepang menjadi negara yang memproduksi manga terbanyak di dunia. Dalam setahun lima ratus juta manga terjual di Jepang. Manga menjadi genre sastra yang diminati masyarakat Jepang saat ini.   

Lalu bagaimana dengan genre sastra Jepang di zaman Edo kala Jepang baru mengenal mesin percetakan?

Para ahli sejarah umumnya menggunakan istilah modern awal untuk menggambarkan periode Edo Kekaisaran Jepang.  Pada masa itu sastra urban Kekaisaran Jepang berkembang pesat.

Kelas menengah kekaisaran Jepang yang terdiri dari samurai, petani, pengrajin dan pedagang mulai mengambil bagian aktif dalam semua bidang pembangunan negara. Termasuk sastra Jepang yang muncul sebagai bentuk seni. Tidak hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan, tetapi telah menjadi hobi favorit warga.

Ihara Saikaku (1642-1693) seorang novelis Kekaisaran Jepang berhasil menciptakan sejarah genre sastra Jepang yang populer pada abad ke-17. Genre sastra ukiyo-zoshi merupakan karya sastra hiburan yang sangat diminati masyarakat Jepang kala itu.

Ukiyo awalnya adalah konsep Buddhis yang mengacu pada sifat sementara keberadaan manusia. Akan tetapi pada abad ke-17, kata itu berarti kesenangan atau hiburan manusia yang bersifat sementara.

Jika sebelumnya sastra Jepang cenderung hanya menceritakan kembali kisah-kisah klasik. Berbeda dengan karya Saikaku yang menggambarkan kehidupan kontemporer dengan cara yang baru. Cerita yang disajikan menghibur dan humoris.

Istrinya meninggal ketika Ihara Saikaku berusia 33 tahun, meninggalkan Saikaku dengan tiga anak termasuk seorang putri yang buta. Kematian istri tercintanya berdampak sangat besar pada dirinya.

Beberapa hari setelah kematiannya, dalam kesedihan cinta sejati, Saikaku mulai menulis selama dua belas jam. Ini adalah pertama kalinya Saikaku mencoba membuat karya sastra yang begitu panjang.

Kematian istrinya mengilhaminya untuk menciptakan salah satu karya paling pribadinya Dokugin ichinichi senku  Seribu Ayat Disusun Sendirian dalam Satu Hari di tahun 1675.

Setelah kematian istrinya, dia menyerahkan pengelolaan bisnis keluarga kepada seorang pengurus dan mengabdikan dirinya untuk bepergian dan menulis.

Pada tahun 1682, Saikaku menulis kumpulan cerita fiksi berjudul Koshoku ichidai otoko Pria yang Mencintai Cinta. Karya ini terjual habis dengan cepat. Hak atas buku tersebut kemudian dijual ke penerbit lain untuk diproduksi lagi. Setelah mengeluarkan tiga edisi di tahun 1684, sebuah penerbit di Edo mengeluarkan edisi dengan gambar lebih elegan. Dilansir dari World History, Paul Schalow mengungkap, "Buku ini mengubah karier Saikaku dan sejarah sastra Jepang."