Perjuangan Tuan Tanah Terakhir dari Kelas Samurai di Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Selasa, 15 Agustus 2023 | 15:00 WIB
Hayashi Tadataka adalah salah satu tuan tanah terakhir dari kelas samurai yang perjuangannya dikenang dalam sejarah Kekaisaran Jepang. (Yoshitoshi )

Nationalgeographic.co.id—Pada abad ke-12 hingga abad ke-19, zaman feodal berlangsung di Kekaisaran Jepang. Era ini ditandai dengan pemerintahan daerah oleh daimyo (tuan tanah) dari kelas samurai. Para tuan tanah itu berada di bawah kendali pemerintahan militer keshogunan.

Setelah pemerintahan militer keshogunan berakhir, begitu pula dengan tuan tanah dan samurai. Namun tentu saja, ada perlawanan dari orang-orang yang berada di dalam kelas samurai itu terhadap pemerintahan yang baru.

Salah satu tuan tanah terakhir dari kelas samurai yang perjuangannya dikenang dalam sejarah Kekaisaran Jepang adalah Hayashi Tadataka.  

“Hayashi Tadataka adalah seorang tuan tanah dari Domain Jozai,” tulis Nyri Bakkalian di laman Unseen Japan. Meskipun Jozai adalah domain kecil, eksploitasi militer Tadataka selama Perang Boshin membuatnya berbeda.

Jadi, siapakah Hayashi Tadataka, tuan tanah terakhir dari kelas samurai di Kekaisaran Jepang?

Klan Hayashi menjadi pengikut setia Klan Tokugawa

Untuk memahami kisah Hayashi Tadataka, kita perlu menelusuri kisah leluhurnya di abad ke-15. Selama Pemberontakan Eikyo, nenek moyang keluarga Tokugawa, Serata Arichika, memihak pasukan pemberontak Ashikaga Mochiuji.

Melarikan diri dalam kekalahan, Arichika mencari perlindungan pada Ogasawara Mitsumasa, leluhur keluarga Hayashi. Tapi Arichika tiba di tengah musim dingin dan Mitsumasa tidak punya apa-apa untuk diberikan kepada tamunya. Ia pun keluar dari rumah dan menjebak kelinci. Kelinci itu kemudian disuguhkan pada tamunya.

Ketika pewaris Arichika membangun kekuasaannya di Provinsi Mikawa, pewaris Mitsumasa menjadi pengikut mereka. Mereka ada di sana sejak awal dan akan tetap menjadi pengikut Tokugawa sampai akhir.

Sebagai pengakuan atas tindakan pengabdian leluhur di masa lalu, keluarga Hayashi secara turun-temurun mendahulukan perayaan tahun baru Tokugawa. Pemimpin Hayashi akan mempersembahkan daging kelinci untuk pemimpin Tokugawa. Lalu Tokugawa menawarkan cangkir pertama sake tahun baru pada pemimpin Hayashi. Hal itu dilakukan di depan semua orang yang hadir. “Tradisi itu berlanjut hingga akhir zaman Edo,” tambah Bakkalian.

Klan Hayashi sangat bangga dengan warisan dan kehormatan ini.

Loyalitas Klan Hayashi