Di tengah pertempuran awal musim gugur, Tadataka mendengar bahwa pemerintah Kekaisaran Jepang memberi Shogun Tokugawa tanah seluas 700.000 koku di Sunpu, pusat sejarah keluarga. Perintah itu rupanya telah dikeluarkan jauh-jauh hari pada bulan Juli. Karena perang, Tadataka tidak mendengar soal perintah itu.
Ketika pasukannya tiba di Sendai, dia memutuskan untuk menyerah. Hal itu membuat rekan-rekan Tadataka sangat marah dan melanjutkan pertempuran di Hokkaido di bawah komando Enomoto Takeaki.
Pada tanggal 8 November, di Sendai, Tadataka mengeluarkan perintah kepada pasukannya yang masih hidup menjelaskan bahwa misi mereka telah tercapai. Termasuk kehormatan serta masa depan keluarga Tokugawa telah diselamatkan.
Menyerah kepada perwakilan Kekaisaran Jepang, dia tinggal di kuil Rinko-in Sendai dan menunggu kabar tentang masa depannya.
Untuk tuan tanah Jozai, perang telah berakhir.
Tetap bertahan di tengah masa pensiun yang penuh dengan kesulitan
Hayashi Tadataka harus membayar mahal karena keputusannya untuk berperang. Mereka yang bertarung dan kalah pada tahun 1868 dipensiunkan dengan nyaman. Namun ia justru harus menghadapi kesulitan keuangan yang parah.
Mantan tuan tanah itu pun harus bertani, kemudian bekerja sebagai juru tulis di toko barang kering di Hakodate. Sebelumnya, Tadataka menjadi pejabat pemerintah yang lebih rendah di Tokyo dan juru tulis di Osaka.
Baru pada tahun 1890-an, berkat lobi oleh mantan pengikutnya, keponakan Tadataka diangkat sebagai baron. Tadataka sendiri menerima peringkat junior kelima. Belakangan, dia bahkan melayani sebagai pendeta Shinto di Tosho-gu yang terkenal, di Nikko.
Terlepas dari masalah keuangannya, aktivitas Perang Boshin Tadataka bertahan dalam imajinasi masyarakat. Seniman balok kayu terkenal Tsukioka Yoshitoshi memasukkan Tadataka dalam serial tahun 1874 Keisei Suikoden.
Serial ini menggambarkan banyak tokoh tentara keshogunan yang ditaklukkan. Tentu saja, ini masih awal era Meiji, dan topiknya kontemporer dan sensitif secara politik. Jadi setiap karakter diganti namanya, baik seluruhnya atau dengan mengubah kanji secara halus.
Tadataka juga muncul di serial yang sama. Namun anehnya, namanya diubah seluruhnya menjadi Amakusa Shiro, pemimpin Kristen abad ke-17 dari Pemberontakan Shimabara. Nama mungkin menyesatkan tanpa konteks lebih lanjut. Namun jika kita perhatikan lebih dekat, kita bisa melihat lambang pelindung kepalanya merupakan lambang Klan Hayashi.
Kehidupan Hayashi Tadataka membentang panjang dan lebar dari awal dan kebangkitan Kekaisaran Jepang modern. Dia memasuki dunia sebagai pewaris klan pejuang tua, menjadi tuan tanah, dan bertempur dan kalah dalam Perang Boshin. Semua itu terjadi sebelum dia berusia 20 tahun.
Setelah kehidupan yang ditandai dengan keadaan ekonomi yang sulit, Tadakada menemukan kenyamanan. Menjelang akhir hidupnya, dia tinggal bersama putrinya Mitsu di gedung apartemen yang disewanya.
Di ranjang kematiannya, keluarganya meminta sebuah puisi kematian. Kelak, ia dikenang sebagai tuan tanah petarung yang terakhir di Kekaisaran Jepang.