Socrates, Filsuf Berpengaruh Sejarah Kematiannya Dipaksa Minum Racun

By Hanny Nur Fadhilah, Kamis, 17 Agustus 2023 | 11:00 WIB
Socrates adalah bapak filsafat barat berasal dari Yunani. Dia adalah sosok yang berpengaruh dalam sejarah dunia. (Historyskills)

Nationalgeographic.co.id—Socrates adalah bapak filsafat Barat bahkan dunia. Sosok filsuf yang berpengaruh dari sejarah dunia ini punya peran besar dalam membentuk jalan pemikiran manusia.

Lahir pada abad ke-5 SM di Athena, Yunani, Socrates tidak pernah menuliskan ajarannya, namun pertanyaan filosofisnya meletakkan dasar bagi sebagian besar logika Barat dan filsafat moral. 

Kehidupan dan ajarannya, yang diwariskan melalui tulisan murid-muridnya, khususnya Plato, terus menantang dan menginspirasi para pemikir di seluruh dunia hingga saat ini.

Awal Kehidupan Socrates

Socrates lahir pada tahun 469 SM di Athena, Yunani, sebuah negara kota yang merupakan pusat aktivitas budaya dan intelektual. 

Ayahnya, Sophroniscus adalah seorang tukang batu atau pematung. Ibunya, Phaenarete adalah seorang bidan.

Latar belakang yang sederhana ini tidak menghalangi Socrates untuk terlibat dengan elit intelektual Athena, tetapi hal itu membentuk perspektif dan pendekatannya terhadap filsafat.

Sedikit yang diketahui tentang pendidikan awal Socrates. Seperti kebiasaan anak laki-laki Athena pada masanya, dia akan diajari membaca, menulis, dan berhitung, serta musik dan senam.

Diyakini, dia juga mempelajari keahlian ayahnya, yang akan memberinya penghargaan atas keterampilan praktis dan nilai tenaga kerja. Socrates bertugas sebagai hoplite, atau prajurit bersenjata berat, dalam beberapa kampanye Perang Peloponnesia. Hal ini menunjukkan keberanian yang luar biasa.

Pengalamannya dalam perang kemungkinan besar memengaruhi pandangannya tentang keberanian dan tugas, yang akan menjadi tema sentral dalam penyelidikan filosofisnya.

Tertarik Filsafat

Pendidikan filosofis Socrates, sebagian besar diarahkan sendiri. Dia sangat dipengaruhi oleh para filsuf pra-Socrates, yang berusaha menjelaskan dunia dalam istilah fenomena alam daripada mitologi.

Dia sangat dipengaruhi oleh Anaxagoras, yang gagasannya tentang pikiran dan kosmos sangat membangkitkan minat Socrates muda.

Namun, Socrates menyimpang dari pra-Socrates dengan mengalihkan fokus filsafat dari alam ke kondisi manusia.

Titik Balik Kehidupan Socrates

Persidangan Socrates yang diadakan pada tahun 399 SM, adalah salah satu persidangan paling terkenal dalam sejarah dunia. Peristiwa ini menandai titik balik yang signifikan dalam kehidupan Socrates dan telah menjadi bahan diskusi dan perdebatan di antara para sejarawan dan filsuf selama berabad-abad.

Socrates diadili oleh tiga warga Athena yaitu Meletus, Anytus, dan Lycon. Tuduhan terhadapnya ada dua yakni ketidaksopanan terhadap panteon Athena, dan merusak kaum muda.

Tuduhan ketidaksopanan termasuk tidak mengakui dewa-dewa yang diakui oleh negara dan memperkenalkan dewa-dewa baru, merujuk pada 'daimonion' yang sering diklaim Socrates memandu tindakannya.

Tuduhan merusak kaum muda didasarkan pada kebiasaan Socrates terlibat dalam debat publik, di mana ia mempertanyakan kepercayaan dan nilai-nilai tradisional.

Persidangan berlangsung di Pengadilan Rakyat di Athena, di mana juri yang terdiri dari 501 warga negara dipilih melalui undian. 

Socrates diberi kesempatan untuk membela diri terhadap tuduhan itu. Pembelaannya, seperti yang tercatat dalam "Apology" karya Plato, merupakan penegasan yang berani dan tanpa penyesalan atas misi filosofisnya.

Dia menyarankan bahwa alih-alih dihukum, namun harus diberi penghargaan atas kontribusinya.

Terlepas dari pembelaannya yang berapi-api, Socrates dinyatakan bersalah dengan selisih tipis. Dalam tahap penjatuhan hukuman di persidangan, ia diberi kesempatan untuk mengajukan hukuman alternatif selain hukuman mati.

Socrates menolak untuk mengusulkan hukuman yang akan menyiratkan rasa bersalah dan malah menyarankan hadiah, yang semakin membuat juri kesal.

Akibatnya, juri menjatuhkan hukuman mati dengan meminum secangkir racun hemlock.

Momen Kematian Socrates yang Tragis

Kematian Socrates sama ikoniknya dalam catatan sejarah dengan hidupnya. Dihukum mati dengan mengonsumsi minuman yang mengandung racun hemlock, Socrates menghadapi ajalnya dengan ketenangan yang luar biasa.

Saat-saat terakhirnya, seperti yang digambarkan dalam "Phaedo" Plato, dihabiskan dalam wacana filosofis dengan murid-muridnya, membahas keabadian jiwa dan implikasi filosofis kematian. 

Penerimaan kematiannya yang damai sering dilihat sebagai bukti keyakinannya pada keabadian jiwa dan kehidupan filosofis yang dia anjurkan.

Kematian Socrates berdampak besar pada murid-muridnya, terutama Plato, yang terinspirasi untuk melanjutkan misi filosofis gurunya.

Peristiwa tersebut juga menandai titik balik dalam sejarah filsafat, yang mengarah pada perkembangan berbagai aliran pemikiran yang berupaya menafsirkan dan memperluas filsafat Socrates. 

Warisan Socrates sangat besar dan bertahan lama. Dia secara luas dianggap sebagai bapak filsafat Barat, dan metode serta gagasannya terus membentuk pemikiran dan penyelidikan filosofis.

Metode Socrates tetap menjadi landasan pengajaran dan pembelajaran, tidak hanya dalam filsafat, tetapi dalam berbagai bidang studi. Hal ini digunakan untuk menumbuhkan pemikiran kritis dan untuk menantang asumsi dan keyakinan.

Filsafat moral Socrates, dengan penekanannya pada kebajikan dan kehidupan yang baik, telah memengaruhi pemikiran moral dan etika sepanjang sejarah dunia.

Keyakinannya akan pentingnya pengetahuan diri dikemas dalam pepatah Delphic "Kenali dirimu sendiri" yang dikatakan sering dikutipnya terus bergema dalam diskusi kontemporer tentang identitas dan kesadaran. Sosok Socrates yang dikenal sebagai Bapak Filsafat oleh seluruh dunia, namun sayangnya kematiannya berakhir tragis.