Raja Prancis bertekad bahwa ekspedisinya akan didanai dengan baik. Keyakinan itu berkat serangkaian reformasi pajak dan kenaikan pajak, pendapatan dari gereja (pajak dan sumbangan dari umat Kristen).
Kemudian permintaan 'hadiah' dari setidaknya 82 kota di seluruh Prancis, pembayaran dari para baron dan bangsawan lainnya, hingga kantong raja sendiri.
Pada tahun 1248 M, raja, yang telah lama dikenal karena kebijakan anti-Yahudinya, mengusir semua orang Yahudi dari Prancis dan menyita harta benda mereka.
Tidak ada detail yang terlewat, dan raja tentu membutuhkan sejumlah besar uang untuk mendanai usaha sebesar itu.
Louis bahkan mengeluarkan biaya untuk membangun kota berbenteng Aigues Mortes di Prancis selatan. Benteng itu khusus untuk berkumpul dan turunnya Pasukan Salib dengan kapal yang disewa untuk tujuan tersebut dari Genoa dan Marseille.
Perbekalan juga terus dikumpulkan di sana. Perencanaan Lajos selanjutnya dibuktikan dengan menimbun barang. Terutama gandum, jelai, dan anggur Siprus, yang semuanya akan dikumpulkan dalam perjalanan.
Armada berangkat pada 25 Agustus 1248 M, kekuatan sekitar 10.000 orang berhenti di Siprus dan tinggal di pulau itu selama delapan bulan untuk reparasi dan pasokan.
Penundaan itu juga memungkinkan orang-orang yang tersesat untuk bergabung dengan pasukan utama dari kota-kota Acre, Tripoli, dan Antiokhia di Eropa dan Timur Tengah.
Selain itu, Louis akan mendapat manfaat dari kontribusi ordo militer yang berbasis di Levant, Knights Hospitaller, Knights Templar, dan Teutonic Knights.
Pada musim panas tahun 1249 M, Pasukan akhirnya siap untuk memulai sejarah Perang Salib. Lajos menulis kepada Sultan Mesir, dengan berani menyatakan niatnya tidak hanya untuk merebut kembali Yerusalem tetapi juga untuk menaklukkan seluruh Mesir dan Levant.