Kastel: Simbol Kekuatan dan Prestise Samurai di Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Rabu, 23 Agustus 2023 | 14:00 WIB
Pada periode dari tahun 1576 hingga 1639, kastel dengan gaya baru dan khas dibangun oleh penguasa dari kelas samurai. Alih-alih untuk berperang, kastel jadi simbol kekuatan dan prestise orang yang membangunnya. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Pembangunan benteng atau kastel telah dilakukan sejak zaman kuno di Kekaisaran Jepang. Namun pada periode dari tahun 1576 hingga 1639, kastel dengan gaya baru dan khas dibangun oleh penguasa dari kelas samurai. Alih-alih untuk berperang, kastel jadi simbol kekuatan dan prestise orang yang membangunnya.

Periode Negara-Negara Berperang di Kekaisaran Jepang

Periode Sengoku atau periode Negara-Negara Berperang adalah masa di mana perang saudara terus terjadi. Ketika otoritas pusat runtuh, klan samurai yang kuat saling bertarung memperebutkan tanah dan kekuasaan. Mereka dikenal dengan sebutan daimyo atau tuan tanah.

“Seiring berjalannya waktu, jumlah daimyo berangsur-angsur menurun karena yang lebih kuat menghancurkan yang lemah,” tulis Graham Squires di laman World History Encyclopedia.

Pada tahun 1560-an, Oda Nobunaga muncul sebagai daimyo terkuat di Kekaisaran Jepang.

Oda Nobunaga dan Kastel Azuchi

Untuk meningkatkan kekuasaan dan prestisenya, Nobunaga membangun sebuah kastel besar di Azuchi. Pembangunannya memakan waktu 3 tahun dan selesai pada tahun 1579. Kastel Azuchi tidak seperti benteng mana pun yang pernah dibangun di Kekaisaran Jepang sebelumnya.

Sebelumnya, benteng biasanya hanya terdiri dari dinding batu dan pagar kayu runcing. Pada umumnya, kastel terletak di puncak gunung yang terpencil dan menguntungkan secara strategis dan hanya ditempati pada saat perang.

Sebaliknya, Kastel Azuchi terletak di puncak bukit kecil dan digunakan sebagai tempat tinggal oleh penguasa dari kelas samurai itu.

Kastel Azuchi memiliki beberapa fitur yang nantinya menjadi ciri semua kastel yang dibangun pada periode ini.

Pertama, kastel ini memiliki dinding setebal 5 sampai 6 meter. Dinding tebal itu terbuat dari batu granit besar yang dipasang dengan hati-hati tanpa menggunakan mortar. Sisa-sisanya masih bisa dilihat hari ini.

Kedua, bangunan utama jauh lebih tinggi daripada benteng yang pernah dibangun sebelumnya. Dalam bahasa Jepang, bangunan utama di kastel disebut tenshu. Tenshu sangat berbeda dengan struktur di kastel-kastel Eropa. Di Azuchi, tenshu adalah bangunan tujuh lantai yang terbuat dari kayu dengan dinding luarnya dilapisi plester.