Menilik Kultus Pemujaan Aphrodite, Dewa Cinta di Mitologi Yunani

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 27 Agustus 2023 | 15:00 WIB
Aphrodite adalah dewi cinta, kecantikan, dan keinginan di mitologi Yunani kuno. (The Collector)

Kekuatan Aphrodite

Gambaran Aphrodite dalam dunia mitologi Yunani sama semaraknya dengan kisah-kisah seputar kelahiran dan perbuatannya.

Sebagai Dewi Cinta dan Kecantikan, ia mewujudkan serangkaian atribut fisik dan simbolis yang menekankan kekuasaan dan daya tarik ilahi.

Representasi fisik Aphrodite sering menggambarkan dirinya sebagai lambang kecantikan wanita, dengan rambut emas tergerai dan mata yang memesona, sering terlihat telanjang atau setengah telanjang, melambangkan perannya sebagai dewa hasrat dan ketertarikan fisik.

Dia umumnya digambarkan sebagai orang yang muda dan bersemangat, kecantikan Ilahinya tidak terpengaruh oleh waktu atau kesulitan.

Merpati adalah salah satu simbolnya yang paling umum, sering kali digambarkan sebagai burung suci, yang melambangkan cinta dan harmoni. Burung lain yang berasosiasi dengan Aphrodite termasuk burung pipit dan angsa.

Dia juga diasosiasikan dengan angsa, yang melambangkan daya pikat dan keanggunannya. Selain simbol burung, Aphrodite sering dikaitkan dengan tumbuhan dan buah-buahan tertentu. Mawar, murad, dan apel umumnya diasosiasikan dengannya, masing-masing melambangkan cinta, keindahan, dan godaan.

Aphrodite juga sering digambarkan dengan korset, atau sabuk ajaib, yang dia pinjamkan kepada Hera di Iliad. Korset ini, yang dikenal sebagai 'cestus', dikatakan memiliki kekuatan untuk membangkitkan hasrat.

Aphrodite dipuja sebagai dewi cinta dalam segala bentuknya. Bidangnya berkisar dari cinta yang penuh gairah hingga cinta kekeluargaan, hasrat romantis, hingga nafsu.

Yurisdiksi komprehensif atas cinta ini dibagi menjadi dua aspek utama yaitu Aphrodite Pandemos dan Aphrodite Urania. 

Aphrodite Pandemos dipandang sebagai dewi hasrat fisik dan cinta duniawi, berkaitan dengan aspek cinta yang sensual dan penuh nafsu.

Aphrodite Urania, sebaliknya, mewakili cinta surgawi atau spiritual, yang dianggap murni dan transenden. Dikotomi ini mewujudkan persepsi Yunani tentang cinta sebagai kekuatan dengan dua aspek, baik fisik maupun spiritual.