Alan Turing, Bapak Kecerdasan Buatan yang Hidupnya Berakhir Tragis dalam Sejarah Kolonial

By Galih Pranata, Senin, 28 Agustus 2023 | 13:00 WIB
Patung Alan Turing, menjadi simbol representasi bapak kecerdasan buatan yang terikat dalam sejarah kolonial Inggris di India. (David Fisher/Flickr)

"Dengan kata lain, komputer dapat diberitahu apa yang harus dilakukan, tetapi tidak dapat mengingat apa yang dilakukannya," terusnya. Kesukaran ini menjadi kendala pertama yang menggugurkan kesempatan Turing mewujudkan konsepnya.

Kedua, perangkat komputasi sangat mahal. Pada awal tahun 1950-an, biaya sewa komputer mencapai $200.000 per bulan. Hanya universitas bergengsi dan perusahaan berbasis teknologi bonafit yang mampu memberikan fasilitas memadai untuk mewujudkan gagasan ini.

"Bukti konsep serta advokasi dari orang-orang terkemuka diperlukan untuk meyakinkan [Turing] sebagai sumber pendanaan bahwa kecerdasan buatan berbasis mesin layak untuk dilakukan [diwujudkan]," terusnya.

Potret Alan Turing, sang bapak kecerdasan buatan yang hidupnya berakhir tragis. (The Passenger Times)

Sisa-sisa karyanya terus bergema dalam teknologi modern mulai dari komputer hingga perangkat pintar. Namun, meski menjadi kebanggaan Inggris, ia menjadi sasaran perlakuan biadab oleh pemerintah Inggris.

Turing mendapat hukuman karena "ia adalah seorang homoseksual, yang merupakan suatu pelanggaran pada saat itu," tulis Ananya Barua kepada The Better India dalam artikel berjudul What Connects India to Alan Turing, the Genius Who helped Solve Hitler’s ‘Unsolvable’ Enigma?, terbitan 22 Juli 2019.

Alan Turing ditangkap oleh pemerintah Inggris pada tahun 1952 dengan alasan 'sangat tidak senonoh' dan diberi dua pilihan hukuman—penjara atau kebiri kimia. Dia memilih yang terakhir.

Ia diasingkan dari masyarakat, Turing berusia 42 tahun saat menghembuskan nafas terakhirnya. Dia meninggal karena keracunan sianida. Dengan apel beracun yang setengah dimakan tertinggal di samping tempat tidurnya.

Namun, dalam catatan sejarah kolonial Inggris, beberapa penyelidik percaya bahwa kematiannya itu adalah kasus bunuh diri, sementara yang lain berpendapat bahwa lebih dari itu—yang lain mengeklaim ia dibunuh.