Nationalgeographic.co.id—Kiamat atau akhir zaman adalah hari di mana kehidupan manusia dan semua makluk di bumi berakhir. Menurut mitologi Yunani kuno, ada lima zaman yang dikenal sebagai “Zaman Manusia”.
Menurut Anna Wichmann di laman Greek Reporter, “Zaman Manusia adalah masa di umat manusia mencapai puncaknya dan kemudian berakhir.”
Hesiod, penyair Yunani Kuno, adalah sumber informasi terpenting mengenai Zaman Manusia. Dalam puisinya yang berjudul “Pekerjaan dan Hari”, Hesiod menguraikan lima periode sejarah manusia.
“Pekerjaan dan Hari” ditulis sekitar tahun 700 Sebelum Masehi dan berfungsi sebagai pelajaran tentang kehidupan sebagai petani dan pertanian. Karyanya juga menjadi sumber mitologis untuk kisah Prometheus dan Pandora serta Mitos Lima Zaman Manusia.
Puisi tersebut kini dianggap sebagai sumber informasi penting mengenai gaya hidup agraris masyarakat Yunani pada saat itu. Hesiod memberikan nasihat tentang menjalani kehidupan yang baik dalam bekerja. Hal ini menunjukkan tentang nilai moral yang dianut oleh masyarakat Yunani kuno.
“Hesiod menguraikan lima zaman umat manusia,” tambah Wichmann. Lima periode—Zaman Emas, Perak, Perunggu, Pahlawan, dan Besi—menggambarkan perkembangan umat manusia melalui kacamata mitologi Yunani.
Semua periode, kecuali satu, diberi nama berdasarkan logam. Nilai logam menurun seiring berjalannya waktu, namun kekerasan dan daya tahannya meningkat.
Berikut penjelasan tentang Zaman Manusia dan akhir umat manusia menurut mitologi Yunani kuno.
Zaman Emas
Zaman Emas mencakup masa pemerintahan Cronus, Titan termuda dan ayah Zeus, atas Gunung Olympus. Selama masa ini, emas mengacu pada ras yang sangat mulia. Ras ini diciptakan oleh dewa Olympus dan diizinkan hidup di antara para dewa.
Selama periode ini, umat manusia hidup sampai usia yang sangat tua dan tidak perlu bekerja keras. Mereka bahkan tidak perlu bekerja untuk mendapatkan makanan dan kenyamanan karena semuanya disediakan oleh para dewa.
Ketika meninggal, Hesiod mengatakan bahwa jiwa manusia emas hidup sebagai “penjaga” umat manusia. Hal ini juga ditegaskan kembali oleh Plato dalam Cratylus. Plato menggambarkan para penjaga ini sebagai pelindung atau makhluk fana.