Yang lain, seperti sekelompok Neanderthal yang hidup 45.000 tahun yang lalu juga melakukannya. Praktik modifikasi tengkorak dilakukan karena sekelompok Neanderthal percaya hal itu meningkatkan peluang untuk bertahan hidup.
Mengapa masyarakat Hirota melakukan praktik modifikasi tengkorak?
Motivasi di balik tradisi masyarakat Hirota lebih misterius. Namun para peneliti mampu menghilangkan beberapa kemungkinan dalam analisis mereka dan mengajukan penjelasan baru.
Tengkorak laki-laki dan perempuan menunjukkan tanda-tanda modifikasi. Temuan ini menunjukkan bahwa praktik tersebut bukan bagian dari adat istiadat berbasis gender.
Selain itu, jenazah dikuburkan dengan beberapa indikator perbedaan kelas sosial atau kekayaan. Secara total, 90 persen penguburan dikaitkan dengan barang-barang pemakaman, seperti produk hiasan cangkang.
Lebih dari 44.000 hiasan cangkang—termasuk gelang, plakat, dan manik-manik—telah ditemukan di situs permakaman Hirota. Informasi ini diungkap oleh Richard Pearson dalam Ancient Ryukyu: An Archaeological Study of Island Communities.
Masyarakat Hirota, seperti masyarakat pulau lainnya, sangat bergantung pada kerang untuk makanan dan barter. Mereka kemungkinan besar memanen cangkangnya sendiri dan memperoleh cangkang lain dari kelompok tetangga.
Studi baru ini menyatakan bahwa modifikasi tengkorak di masyarakat Hirota mungkin ada hubungannya dengan jaringan perdagangan ini.
Para peneliti berhipotesis bahwa masyarakat Hirota mengubah bentuk tengkorak untuk menjaga identitas kelompok. Hal ini untuk memfasilitasi perdagangan kerang jarak jauh. Hipotesis ini didukung oleh bukti arkeologi yang ditemukan di situs tersebut.
Bentuk tengkorak khas populasi Hirota tetap unik bagi komunitas mereka. Pasalnya, tidak ada tengkorak lain di kepulauan Jepang yang menunjukkan morfologi serupa. Namun penggunaan modifikasi tengkorak untuk membedakan diri bukanlah sesuatu yang unik di antara banyak manusia prasejarah.
“Temuan ini berkontribusi pada pemahaman tentang praktik modifikasi tengkorak yang disengaja pada masyarakat kuno dalam sejarah manusia,” kata Seguchi.
Penyelidikan lebih lanjut kelak bisa memberikan wawasan tambahan mengenai signifikansi sosial dan budaya praktik modifikasi tengkorak dalam sejarah manusia.