Makanan Sisa Jadi Dekorasi di Kekaisaran Romawi, Ini Maknanya

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 9 September 2023 | 10:00 WIB
Di Museum Profane Vatikan, ada satu artefak unik yang terletak di antara sarkofagus dan patung marmer. Artefak itu berupa lantai mosaik yang tampaknya ditutupi oleh makanan sisa yang berasal dari era Kekaisaran Romawi. Apa fungsi sampah makanan tersebut? (Profane Museum)

Bahkan ada cangkang Murex Brandaris yang berduri. Murex Brandaris merupakan sumber warna ungu Tyrian yang terkenal dan hanya boleh dipakai oleh kalangan elite masyarakat Romawi.

Juga ada buah-buahan impor yang mahal, seperti murbei dari Asia, jahe dari India, dan buah ara dari Timur Tengah. “Harta rampasan seluruh wilayah Kekaisaran Romawi berserakan di lantai,” tambah Soth.

Mosaik tersebut menyiratkan sebuah pesta yang begitu mewah. Jika makanan seperti yang ditampilkan di mosaik benar-benar disajikan, maka pesta tersebut mungkin ilegal. Pesta itu mungkin melanggar undang-undang jamuan di Kekaisaran Romawi. Undang-undang tersebut membatasi jumlah uang yang dapat dibelanjakan tuan rumah untuk satu jamuan makan.

Lex Orchia, yang disahkan pada tahun 182 Sebelum Masehi, membatasi jumlah tamu yang dapat diundang untuk satu kali makan. Kemudian, undang-undang selanjutnya melarang konsumsi unggas yang digemukkan, kerang, dan ambing babi (makanan favorit di Kekaisaran Romawi).

Namun berdasarkan catatan tentang pesta-pesta di Kekaisaran Romawi, aturan-aturan ini sering kali dilanggar. Lagi pula, cara apa yang lebih baik untuk mengesankan tamu Anda selain melanggar hukum untuk menjamu mereka?

Dekorasi makanan sisa sebagai pengingat akan kematian di Kekaisaran Romawi

Namun, para sejarawan seni menghubungkan motif tersebut dengan tradisi makan Romawi lainnya: memento mori atau pengingat kematian. Referensi kecil tentang kematian ini adalah bagian dari kesenangan di jamuan makan Romawi.

Namun, para sejarawan seni menghubungkan motif tersebut dengan tradisi makan Romawi lainnya: memento mori atau pengingat kematian. Referensi kecil tentang kematian ini adalah bagian dari kesenangan di jamuan makan Romawi. (Profane Museum)

Kerangka perunggu bersendi kecil yang disebut larva convivalis, misalnya, tampaknya digunakan sebagai hiburan pesta. Seseorang muncul di Satyricon, melakukan tarian boneka yang bergoyang-goyang di atas meja.

Kemudian si pembawa acara menyatakan, “Aduh bagi kami, manusia yang malang… Demikianlah kita semua, setelah dunia di bawah membawa kita pergi. Mari kita hidup selagi keadaan berjalan baik bagi kita.”

Dilihat dari sudut pandang ini, mosaik tersebut menyatakan bahwa pesta indah akan dengan cepat berubah dari rezeki menjadi sampah. Seperti halnya makanan yang disantap akan menjadi tulang dan debu seiring berjalannya waktu. Dengan kata lain, nikmatilah makanan Anda, karena ini mungkin akan menjadi makanan terakhir Anda.

Hampir 2.000 tahun memisahkan kita dari para pengunjung yang makan di atas mosaik ini. Kematian yang mereka bayangkan terjadi; yang tersisa hanyalah dekorasi sampah makanan pernah disantap.