Chang'e Dewi Bulan yang Mencuri Ramuan Keabadian di Mitologi Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 9 September 2023 | 09:00 WIB
Dalam mitologi Tiongkok, Chang'e terkenal karena mencuri ramuan keabadian dari suaminya, pemanah legendaris Hou Yi. Ia kemudian melarikan diri dan menjadi dewi bulan. (Wu Shaoyun)

Meskipun Hou Yi berterima kasih atas hadiah tersebut, dia merasa bimbang. Xiwangmu hanya memberinya ramuan yang cukup untuk satu orang. Hou Yi tidak ingin menjadi abadi jika istrinya tidak bisa hidup di sisinya selamanya. Pada akhirnya, Hou Yi memutuskan untuk tetap menjadi manusia dan menyembunyikan ramuan itu di bawah tempat tidurnya.

Chang'e mengetahui hadiah suaminya dan mulai menyusun rencana. Malam itu, dia menemukan ramuan keabadian di bawah tempat tidur mereka. Ia pun meminumnya hingga tetes terakhir. Menyadari istrinya tidak ada di tempat tidur bersamanya, Hou Yi berlari keluar dan menemukannya melayang ke langit malam.

Hou Yi sangat marah sehingga dia mengambil busurnya dan mencoba menembak jatuh Chang’e. Namun semua panahnya meleset.

Seiring berjalannya waktu, kemarahan Hou Yi mereda dan dia mulai merindukan istrinya. Dia sering menatap bulan dan memikirkan betapa kesepiannya Chang’e. Agar istrinya tidak merasa kesepian, Hou Yi mulai meninggalkan makanan penutup dan buah-buahan favoritnya setiap malam. Tindakan ini juga untuk menunjukkan bahwa kemarahannya sudah sirna.

Kelinci menemani dan membantu sang dewi menyiapkan ramuan dengan menumbuk ramuan itu menjadi bubuk halus menggunakan kakinya. (DuBose)

Dia melakukan kebiasaan itu sampai hari kematiannya. Tradisi ini berlanjut hingga zaman modern. Banyak orang meninggalkan persembahan tahunan kepada Chang’e selama festival Pertengahan Musim Gugur.

Sebagai alternatif akhir dari mitologi Tiongkok ini, Chang'e dihukum karena mengkhianati suaminya dan berubah menjadi katak buruk rupa. Ia ditakdirkan untuk hidup kesepian di bulan.

Variasi lain menggambarkan Chang’e menjadi kecanduan ramuan keabadian dan kemudian menghabiskan hari-harinya untuk membuat dan mengonsumsinya.

Dalam versi mitologi Tiongkok tersebut, seekor kelinci putih merasa kasihan pada Chang’e. Kelinci itu pun terbang bersamanya ke bulan. Ia menemani dan membantu sang dewi menyiapkan ramuan dengan menumbuk ramuan itu menjadi bubuk halus menggunakan kakinya.

Dewi bulan Chang’e dalam budaya pop

Mitos Chang’e juga menjadi anekdot dalam misi eksplorasi bulan. Ketika astronot Apollo 11 mendarat di bulan, pengontrol penerbangan Ronald Evans menceritakan kepada Michael Collins tentang kisah Chang'e. Ia menuturkan bagaimana Chang’e tinggal di bulan bersama seekor kelinci putih. Collins menjawab bahwa dia akan mengawasi “gadis kelinci”.

Festival Pertengahan Musim Gugur dirayakan di seluruh Asia Timur dan Tenggara. Perayaan ini merupakan perayaan besar dalam kalender lunar. Festival ini juga dianggap sebagai hari libur panen, karena gandum dan beras biasanya dipanen berdekatan dengan waktu perayaan.

Festival ini adalah waktu spesial di mana orang-orang dapat merenungkan tahun lalu bersama keluarga, teman, dan makanan.

Selama festival Pertengahan Musim Gugur, orang-orang biasanya meletakkan buah-buahan dan manisan di altar terbuka untuk diberkati oleh Chang’e. Kue bulan menjadi kudapan wajib untuk dinikmati selama perayaan ini. Kue bulan yang sering dihias dengan motif Chang’e dan kelinci peliharaannya.