Yang Perlu Diketahui Saat Berargumen tentang Pemeliharaan Satwa Liar

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 13 September 2023 | 09:00 WIB
Monyet ekor panjang adalah satwa liar yang paling sering dieksploitasi dalam perdagangan dan peliharaan dengan dalih perlindungan. (Nugroho Arif Prabowo_YKAN)

"Satwa liar akan lebih sehat saat dipelihara"

Prinsip kesejahteraan hewan berikutnya adalah terbebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit. Sampai saat ini, penelitian terhadap dunia hewan masih sering dikaji, karena ada banyak yang belum terungkap.

Beberapa dari penyakit ini mungkin terbawa oleh satwa liar dari habitatnya yang tidak disadari pemelihara. Satwa liar mungkin tidak menunjukkan gejalanya saat dilihat atau tanpa diperiksa secara mendalam oleh dokter hewan, sehingga memeliharanya berisiko untuk tertular penyakit zoonosis yang berbahaya.

Bahkan kebiasaan manusia yang terlalu dekat dengan satwa liar, terutama memeliharanya, membuat penyakit zoonosis merebak dan menjadi pandemi. Sebagai tambahan, mayoritas penyakit yang mewabah peradaban manusia adalah zoonosis, termasuk COVID-19.

Manusia juga bisa menularkan penyakit kepada satwa liar, terutama jika punya kemiripan DNA tinggi seperti orang utan dan simpanse. Oleh karena itu, para praktisi konservasi dalam proses rehabilitasi satwa liar, harus dalam keadaan steril dari ancaman penyakit. Penyakit yang ditularkan manusia ke satwa liar dapat menyebabkan dampak yang berbeda, bahkan sulit disembuhkan.

"Saat dipelihara, satwa liar terlihat nyaman dan tidak stres"

Prinsip kesejahteraan hewan mengenal terbebas dari rasa tidak nyaman; dan terbebas dari rasa takut dan stres. Hanya saja kedua prinsip kesejahteraan ini tidak terpenuhi oleh pemelihara satwa liar tanpa disadari.

Tim peneliti mempelajari ular tikus dan babi hutan di berbagai paparan radiasi, memeriksa biomarker kerusakan DNA dan stres. (Hannah Gerke/University of Georgia dan Michael Eickelmann/Flickr)

Ada beberapa perilaku satwa liar yang menunjukkan dirinya stres yang tidak disadari pemelihara satwa liar. Stres yang dialami satwa liar disebut sebagai zoochosis, yakni gangguan kejiwaan yang berkembang karena dikurung di lingkungan yang tidak seluas habitatnya.

Walaupun halaman rumah pemelihara satwa liar luas, bagaimana pun tidak dapat menggantikan habitatnya. Kelembapan udara, luas jangkauan, dan makanan yang diberikan pemelihara tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.

Biasanya, zoochosis dialami oleh satwa lair di kebun binatang dan rumah pribadi. Mirisnya, perilaku stres yang ditunjukkan oleh satwa liar sering kali disalahartikan oleh pemelihara satwa liar. Akibatnya, penanganan terhadap satwa liar sering pula salah tindakan.

Oleh karena itu, dalam kesejahteraan hewan memiliki prinsip terbebas untuk mengekspresikan tingkah laku alamiah. Di sana, mereka dapat mengekspresikan perilaku alamiah mereka. Selain itu, setiap spesies memiliki peran untuk ekosistem untuk menjaga kelestarian alam.

Saya Pilih Bumi