Asyurbanipal, Raja Terbesar Kekaisaran Asiria yang Dilupakan Sejarah

By Sysilia Tanhati, Selasa, 19 September 2023 | 15:00 WIB
Asyurbanipal memerintah Kekaisaran Asyur atau Asiria dari tahun 669 Sebelum Masehi – 627 Sebelum Masehi. Ia dianggap sebagai salah satu raja besar terakhir yang memimpin Asiria. (British Museum/Wikimedia Commons )

Perang saudara

Sesuai rencana Esarhaddon, Asyurbanipal menguasai sebagian besar Kekaisaran Asiria. Wilayah Babilonia dikecualikan dari kendalinya. Pasalnya, kakak laki-laki Asyurbanipal, Shamash-shum-ukin, memerintah bagian kekaisaran ini.

Pada awalnya, kedua raja tersebut tampak bekerja sama. Namun catatan sejarah menunjukkan bahwa hubungan antara Asyurbanipal dan saudaranya memburuk seiring berjalannya waktu. Sifat sebenarnya dari konflik tersebut tidak jelas, namun kemungkinan Asyurbanipal ingin mengendalikan pemerintahan Shamash-shum-ukin. Ia memperlakukan sang kakak lebih seperti gubernur bawahan alih-alih sesama raja.

Bisa ditebak, ketegangan yang memuncak antara kedua bersaudara ini akhirnya berujung pada konflik terbuka. Pada tahun 652 Sebelum Masehi, Shamash-shum-ukin membentuk aliansi dengan beberapa pengikut Asyurbanipal yang tidak puas. Mereka semua memulai pemberontakan melawan saudaranya.

Pemberontakan Shamash-shum-ukin berlangsung selama 3 tahun dan hampir seluruh Kekaisaran Asiria bagian selatan bergabung dengan tentara Babilonia. Meskipun demikian, Asyurbanipal dan para pendukungnya berhasil memukul mundur revolusi. Mereka akhirnya mengepung kota Babilonia selama 2 tahun. Catatan pengepungan menunjukkan bahwa situasi di Babilonia menjadi sangat buruk. “Bahkan kanibalisme untuk menghindari kelaparan,” ungkap Morris.

Shamash-shum-ukin meninggal di Babilonia ketika istananya terbakar. Kemungkinan kematiannya sebagai tindakan bunuh diri raja yang menyadari nasibnya jika ditangkap oleh sang adik.

Pembalasan dendam

Setelah kehilangan rajanya, orang Babilonia menyerah. Sebagai seorang raja yang sangat kejam dalam menghadapi musuh-musuhnya, Asyurbanipal bahkan lebih tidak memiliki belas kasihan terhadap pengkhianat.

Setelah penaklukan Babilonia, raja memburu para pemimpin yang masih hidup yang mendukung pemberontakan Shamash-shum-ukin. Teks-teks Mesopotamia menggambarkan bahwa para mantan pemberontak sangat takut dengan kemarahan Asyurbanipal. Salah satu raja bunuh diri, sementara raja lainnya digulingkan oleh rakyatnya yang tidak ingin dikaitkan dengan pengkhianatannya.

Asyurbanipal menerapkan hukuman paling brutal di wilayah Elam, yang merupakan salah satu pendukung utama Shamash-shum-ukin. Menyusul tindakannya di Babilonia, Raja Asiria itu bergerak menuju kerajaan Elam. Selama penaklukan kembali, pasukannya membantai sebagian besar penduduk Elam. Mereka yang tidak dibunuh dipenjarakan, disiksa, dan dipindahkan secara paksa ke bagian lain Kekaisaran Asiria.

Banyak dari kota-kota ini juga dijarah dan dibakar. Selanjutnya, raja mengobarkan perang terhadap Elam selama satu dekade berikutnya. Perang itu menyebabkan kehancuran total. Pada saat dia selesai, mayoritas penduduk Elam telah dibunuh atau diperbudak. Semua kota mereka telah dihancurkan dan tanah di sekitar kota diasinkan untuk mencegah mereka membangun kembali masyarakat mereka.

Memerintah Kekaisaran Asiria