Saat jenazah mengering dan lemas, potongan kain dimasukkan untuk mengisinya. Mata palsu, pemerah pipi, dan riasan lainnya ditambahkan untuk tampilan yang lebih hidup. Ketika proses pengeringan selesai, para pendeta memandikan kembali jenazah tersebut. Mereka kemudian melapisi jenazah dengan minyak dan resin. Lalu mengikatnya dengan kain linen sepanjang ratusan meter.
Akhirnya jenazah yang sudah dibungkus itu dimasukkan ke dalam kotak dan dikembalikan ke pihak keluarga untuk diantar ke makam.
Makam yang lengkap untuk bekal di akhirat
Dalam sejarah Mesir kuno, makam para elite seringkali dipersiapkan jauh sebelum kematian mereka. Ketika saatnya tiba, orang-orang penting ditempatkan di beberapa peti mati, beberapa di antaranya dihias dengan indah. Beberapa kemudian dikuburkan di sarkofagus batu yang rumit.
Bagi orang Mesir kuno, makam adalah pintu gerbang menuju dunia berikutnya. Maka, orang Mesir kuno menyediakan semua yang dibutuhkan, seperti makanan, anggur, pakaian, perabotan, dan kebutuhan penting lainnya. Semua itu menjadi bekal untuk perjalanan selanjutnya.
“Percantik rumahmu di Necropolis dan perkaya tempatmu di Barat,” kata Pangeran Hordedef, seorang bijak terkenal dari dinasti ke-4. “Rumah kematian adalah untuk kehidupan.”
Mumi hewan juga menemani orang Mesir kuno di makam mereka. “Tikus dalam kotak batu berukir, dan domba jantan yang ditutupi selubung emas dan manik-manik. Bahkan ada burung ibis dalam kumpulan hiasan rumit,” tambah Williams.
Beberapa dari hewan-hewan tersebut adalah hewan peliharaan. Hewan itu dipelihara agar manusia yang meninggal dapat memiliki persahabatan dalam kekekalan. Yang lainnya, dipotong-potong dan disajikan sebagai makanan abadi bagi orang yang meninggal. Selain itu, ada juga hewan yang dijadikan persembahan untuk membawa doa kepada dewa.
Hari penghakiman
Dengan segala persiapan yang telah disebutkan, apakah orang Mesir kuno pasti mendapatkan kehidupan kekal? Ternyata, semua persiapan itu bukan jaminan.
Almarhum pertama-tama harus diadili atas kehidupan yang dijalaninya. Dalam sejarah Mesir kuno, masyarakat percaya bahwa setiap orang memiliki ka (kekuatan hidup) dan ba (jiwa). Setelah kematian, ka meninggalkan tubuh terlebih dahulu, mengembara tanpa tujuan. Ba tetap berada di dalam tubuh sampai penguburan.