Upaya untuk Mendapatkan Kehidupan Kekal dalam Sejarah Mesir Kuno

By Sysilia Tanhati, Rabu, 20 September 2023 | 20:00 WIB
Dalam sejarah Mesir kuno, orang Mesir berusaha untuk meraih keabadian. Ada beragam cara untuk mencapai kehidupan kekal itu. (Hunefer/British Museum)

Kemudian, ba dipandu oleh mantra dan gambar yang dilukis di dinding makam dan jimat yang ditempelkan di tubuh. Ba melanjutkan perjalanan melalui Dunia Bawah. Dewa berkepala elang, Horus, memimpin ba melewati pintu api dan ular kobra ke ruang penghakiman. Ruang penghakiman adalah tempat orang yang meninggal dihakimi atas perbuatannya saat masih hidup.

Di bawah pengawasan dewa berkepala serigala, Anubis, jantung almarhum akan ditimbang dengan bulu ma'at, dewi kebenaran dan harmoni kosmis. Bagian dari ritual ini adalah “pengakuan negatif.” Dalam ritual itu, almarhum harus menyangkal melakukan pencurian, pembunuhan, menyebabkan kesusahan orang lain, dan pelanggaran lainnya.

Osiris, raja Dunia Bawah, dan dewa lainnya bertugas sebagai hakim. Jika almarhum gagal dalam ujian ini, Dewi Ammut—sebagian singa, sebagian buaya, dan sebagian kuda nil—melahap jiwanya. Hal itu menyebabkan almarhum mengalami koma terus-menerus.

Memperoleh hidup yang kekal

Namun jika jantung seimbang, ba bertemu kembali dengan ka (yang selama ini mengembara tanpa tujuan). Maka terciptalah roh bernama akh. Roh muncul di alam terang yang diperintah oleh Osiris, yang disebut Ladang Alang-Alang, negeri dengan pegunungan dan sungai yang indah. Di sini, mendiang dipertemukan kembali dengan orang-orang tercinta, termasuk hewan peliharaannya. Di sinilah orang Mesir kuno mendapatkan keabadian.

Namun, mati bukan berarti pergi selamanya. Almarhum juga dapat memasuki kembali dunia kehidupan dan menikmati kesenangannya. Termasuk persembahan makanan, nyawa istrinya, dan perhatian para pelayannya.