Persiapan Bung Tomo dalam menghadapi pasukan Inggris yang dibersamai NICA adalah dengan membentuk siaran radio. Sewaktu ia berada di Jakarta, Bung Tomo melihat bendera Belanda berkibar di tangsi-tangsi bekas milik Jepang. Hal ini membuatnya menjadi geram.
Puncaknya terjadi pada 10 November 1945, di mana pertempuran meletus sejak pukul 6 pagi. Di sana, bung Tomo mulai ambil kendali dengan mengumpulkan dan membangkitkan kobaran api bangsa Indonesia saat Sekutu merangsek masuk ke Surabaya.
Pidato menggelora dan pekikan takbir yang membahana, menjadi rekaman paling bersejarah dan heroik dalam bingkai sejarah pahlawan nasional Indonesia. Meletup-letup semangat bangsa untuk mengusir hingga membuat pasukan sekutu kewalahan.
Semakin mencekam ketika Inggris mengeluarkan serangan udara yang meluluhlantakkan Surabaya selama 3 jam. Pertempuran Surabaya dikenang dalam sejarah pahlawan nasional kita setelah terbunuhnya Mallaby dari pihak sekutu, meski tak sedikit korban jiwa berjatuhan dari pihak bangsa sendiri.
Pertempuran dramatis ini menjadi lecutan perlawanan besar-besaran rakyat Indonesia yang berusaha mengusir dan menjaga batas-batas teritorial Indonesia dari tangan imperialis.
Surabaya tak pernah mati meski sempat luluhlantak karena api semnagta rakyatnya untuk melawan belum padam. Lebih dari itu, semangat revolusioner bung Tomo juga akan selalu dikenang dalam sejarah pahlawan nasional.