Naga memainkan peran penting dalam mitologi Yunani kuno, menggambarkan mereka sebagai ular besar dengan kemampuan meludah atau menghirup racun. Kata “naga” berasal dari kata Yunani “drakōn”, yang berasal dari kata Latin “draco”, yang berarti ular besar dan menyempit.
Orang Yunani kuno menulis tentang beberapa makhluk mirip ular termasuk Typhon, Ladon, Hydra, dan naga Colchian, yang dimaksudkan untuk menimbulkan ketakutan di hati para pahlawan besar.
Mitologi Jerman juga menggambarkan naga, yang dikenal sebagai “cacing”, sebagai ular besar berbisa, dengan sayap seperti kelelawar. Namun, perbedaan antara naga Jerman dan ular biasa sering kali kabur pada penggambaran awal, keduanya disebut sebagai “ormr” dalam mitologi Nordik atau “wyrm” dalam bahasa Inggris Kuno.
Evolusi cacing tak bersayap menjadi naga terbang berkaki empat kemungkinan besar disebabkan oleh pengaruh negara-negara Eropa lainnya, yang difasilitasi oleh Kristenisasi wilayah tersebut pada tahun-tahun berikutnya.
Naga dalam Suku Aztec dan Maya
Lebih jauh ke selatan, di antara peradaban Aztec dan Maya, penggambaran naga sebagai ular berbulu ada di mana-mana. Pertama kali dipuja di Teotihuacan pada abad ke-1 SM, dewa tersebut awalnya digambarkan sebagai ular sungguhan, namun seiring berjalannya waktu, dewa ini berubah menjadi sosok yang juga memiliki ciri-ciri mirip manusia.
Suku Maya Yucatec memuja Kulkulkan, sedangkan suku Aztec kemudian memuja Quetzalcoatl, keduanya melambangkan ular berbulu, dewa dasar dalam mitologi wilayah tersebut.
Dari Mana Asalnya Mitos Naga?
Makhluk naga yang menghembuskan api muncul dalam mitologi dan cerita rakyat di seluruh dunia, selama berabad-abad dan ribuan tahun. Sayangnya, banyak dari kisah-kisah ini tampaknya berkembang secara independen satu sama lain.
Lalu dari mana mitos-mitos tersebut berasal? Dan mengapa begitu banyak peradaban berbeda yang membentuk kisah naga mereka sendiri?
Beberapa orang berspekulasi bahwa nenek moyang kita mungkin mencoba memahami penemuan fosil, seperti tulang dinosaurus prasejarah atau kerangka paus purba.
Yang lain menduga bahwa budaya-budaya ini mendasarkan mitos mereka pada makhluk yang sudah mereka kenal – seperti komodo di Asia atau Buaya Nil yang berukuran besar di Mesir.
Namun, pada akhirnya, kita tidak bisa benar-benar mengetahui bagaimana dan mengapa legenda naga berperan penting dalam mitologi, namun jelas bahwa legenda tersebut akan terus memikat hati dan imajinasi banyak orang, hingga generasi mendatang.