Bahkan berita tentang peristiwa kelahiran, perkawinan, perceraian, kematian, dan militer pun bisa ditemukan di Acta diurna. Pengumuman permainan umum, perayaan, sampai pasokan gandum juga bisa ditemukan di surat kabar ini.
Acta diurna mungkin tidak diterbitkan setiap hari, tetapi dengan keteraturan tertentu. Setelah diterbitkan selama beberapa hari, dokumen tersebut disimpan bersama dengan dokumen publik lainnya.
Surat kabar di era Kekaisaran Romawi
Setelah kematian Caesar, Kaisar Augustus melanjutkan publikasi ini. Ia mengakui kegunaan Acta diurna sebagai propaganda kekaisaran. Namun, Acta diurna tidak menyertakan rincian sidang Senat. Beberapa ahli percaya bahwa surat kabar itu pasti berisi gambaran grafis pertempuran dan kemenangan kekaisaran. “Mirip dengan yang diukir di gapura kemenangan,” Patowary menambahkan.
Seperti apa isi surat kabar di era Kekaisaran Romawi? Beberapa penulis Romawi meninggalkan dokumentasi, baik itu nyata atau parodi semata.
Petronius, dalam karyanya Satyricon, membuat parodi tentang Acta diurna.
“26 Juli. Di perkebunan Cumae, 30 anak laki-laki dan 40 perempuan lahir. 40.000 gantang gandum dipindahkan ke tempat penyimpanan. Budak Mithridates disalibkan karena mengutuk roh penjaga Gayus. Pada hari yang sama, 10 juta sesterces dikembalikan ke kas, karena kurangnya peluang investasi. Juga, terjadi kebakaran di Taman Pompey; itu terjadi di rumah pengawas Nasta,” tulis Petronius.
Pliny the Elder menceritakan beberapa cerita yang dia baca di Acta diurna. Salah satunya tentang kesetiaan seekor anjing kepada tuannya. Lalu tentang konflik antara dua keluarga saat pemakaman, dan tentang persidangan.
Cassius Dio mengumpulkan kisah seorang arsitek yang menyelamatkan serambi dari keruntuhan. Ia mencatat bahwa Kaisar Tiberius tidak mengizinkan nama penyelamat dipublikasikan, karena iri dengan pencapaian besar arsitek tersebut. Seneca mengeluh bahwa Acta mencantumkan daftar perceraian yang panjang.
Kadang-kadang juru tulis membuat salinan Acta diurna tersebut dan mengirimkannya ke gubernur provinsi untuk mendapatkan informasi. Kaisar kemudian menggunakannya untuk mengumumkan keputusan kekaisaran atau senator dan acara istana.
Di era Kekaisaran Romawi, Acta diurna diterbitkan setidaknya hingga tahun 235 Masehi. “Kemungkinan surat kabar tersebut diterbitkan hingga pemindahan ibu kota kekaisaran ke Konstantinopel pada tahun 330 Masehi,” tambah Patowary.
Sayangnya, tidak ada Acta diurna asli yang bertahan hingga saat ini. Surat kabar Kekaisaran Romawi tersebut hanya disebutkan dalam karya penulis seperti Tacitus atau Suetonius.