Nationalgeographic.co.id—Di zaman modern, koran atau surat kabar menjadi salah satu sumber informasi mengenai tentang berita terkini dalam berbagai topik. Rupanya, surat kabar sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Sejak era republik, orang di Roma kuno juga memiliki surat kabar. Diterbitkan hingga era Kekaisaran Romawi, seperti apa bentuk dan isi surat kabar Romawi itu?
Annales Maximi di era Republik Romawi
Menurut Cicero, Pontifex Maximus menyusun informasi tentang peristiwa-peristiwa terpenting yang terjadi di Roma sepanjang tahun tersebut. Informasi itu disusun di atas meja putih. Selain peristiwa, nama-nama konsul dan hakim Republik Romawi juga tercantum di sana.
“Pontifex Maximus menempatkannya di tempat umum di mana semua orang bisa membacanya,” tulis Kaushik Patowary di laman Amusing Planet.
Catatan-catatan ini disebut Annales Maximi dan dikumpulkan setiap tahun. Namun karena alasan yang tidak dijelaskan oleh Cicero, catatan-catatan tersebut tidak lagi dibuat pada tahun 131 Sebelum Masehi. Sejak tahun itu dan seterusnya, catatan sejarah mulai disusun oleh penulis seperti Cato, tetapi secara pribadi.
Julius Caesar membuat buletin untuk publik
Setelah itu, warga Roma tidak memiliki sumber informasi resmi yang memberikan pengetahuan tentang apa yang terjadi. Tentu saja, gosip populer dan informasi dari mulut ke mulut tetap beredar di masyarakat.
Karena alasan itulah, makan Julius Caesar memutuskan bahwa perlu dibuat semacam buletin harian untuk mengisi kesenjangan ini.
Pada tahun 59 Sebelum Masehi, Caesar memerintahkan agar para pejabat publik menerbitkan berita acara harian. Berita tersebut dipasang pada semacam album yang digunakan pada zaman kuno untuk catatan sejarah. Pejabat Romawi memasangnya di papan buletin atau tempat-tempat umum, seperti Forum Roma. Tujuannya agar semua orang bisa membacanya.
“Setelah menjabat, Caesar menetapkan bahwa catatan harian yang berisi semua tindakan senat dan rakyat akan disimpan. Ia memerintahkan agar catatan harian tersebut dipublikasikan,” tulis Suetonius.
Surat kabar tersebut disebut Acta diurna (secara harafiah berarti peristiwa sehari-hari). Banyak sejarawan menganggap bahwa surat kabar tersebut adalah cikal bakal surat kabar modern. Acta diurna adalah contoh jurnalisme pertama yang dapat diandalkan dalam sejarah umat manusia.
Acta diurna berisi tentang aktivitas Senat. Selain itu, surat kabar zaman kuno ini juga berisi tentang gosip sosial serta peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Semua informasi tersebut membuat penasaran pembacanya. Warga Roma juga bisa mendapatkan informasi tentang kejahatan, pembangunan gedung-gedung baru, dan berbagai pemberitahuan tentang kejahatan.
Bahkan berita tentang peristiwa kelahiran, perkawinan, perceraian, kematian, dan militer pun bisa ditemukan di Acta diurna. Pengumuman permainan umum, perayaan, sampai pasokan gandum juga bisa ditemukan di surat kabar ini.
Acta diurna mungkin tidak diterbitkan setiap hari, tetapi dengan keteraturan tertentu. Setelah diterbitkan selama beberapa hari, dokumen tersebut disimpan bersama dengan dokumen publik lainnya.
Surat kabar di era Kekaisaran Romawi
Setelah kematian Caesar, Kaisar Augustus melanjutkan publikasi ini. Ia mengakui kegunaan Acta diurna sebagai propaganda kekaisaran. Namun, Acta diurna tidak menyertakan rincian sidang Senat. Beberapa ahli percaya bahwa surat kabar itu pasti berisi gambaran grafis pertempuran dan kemenangan kekaisaran. “Mirip dengan yang diukir di gapura kemenangan,” Patowary menambahkan.
Seperti apa isi surat kabar di era Kekaisaran Romawi? Beberapa penulis Romawi meninggalkan dokumentasi, baik itu nyata atau parodi semata.
Petronius, dalam karyanya Satyricon, membuat parodi tentang Acta diurna.
“26 Juli. Di perkebunan Cumae, 30 anak laki-laki dan 40 perempuan lahir. 40.000 gantang gandum dipindahkan ke tempat penyimpanan. Budak Mithridates disalibkan karena mengutuk roh penjaga Gayus. Pada hari yang sama, 10 juta sesterces dikembalikan ke kas, karena kurangnya peluang investasi. Juga, terjadi kebakaran di Taman Pompey; itu terjadi di rumah pengawas Nasta,” tulis Petronius.
Pliny the Elder menceritakan beberapa cerita yang dia baca di Acta diurna. Salah satunya tentang kesetiaan seekor anjing kepada tuannya. Lalu tentang konflik antara dua keluarga saat pemakaman, dan tentang persidangan.
Cassius Dio mengumpulkan kisah seorang arsitek yang menyelamatkan serambi dari keruntuhan. Ia mencatat bahwa Kaisar Tiberius tidak mengizinkan nama penyelamat dipublikasikan, karena iri dengan pencapaian besar arsitek tersebut. Seneca mengeluh bahwa Acta mencantumkan daftar perceraian yang panjang.
Kadang-kadang juru tulis membuat salinan Acta diurna tersebut dan mengirimkannya ke gubernur provinsi untuk mendapatkan informasi. Kaisar kemudian menggunakannya untuk mengumumkan keputusan kekaisaran atau senator dan acara istana.
Di era Kekaisaran Romawi, Acta diurna diterbitkan setidaknya hingga tahun 235 Masehi. “Kemungkinan surat kabar tersebut diterbitkan hingga pemindahan ibu kota kekaisaran ke Konstantinopel pada tahun 330 Masehi,” tambah Patowary.
Sayangnya, tidak ada Acta diurna asli yang bertahan hingga saat ini. Surat kabar Kekaisaran Romawi tersebut hanya disebutkan dalam karya penulis seperti Tacitus atau Suetonius.