Mitologi Yunani: Kisah Ratu Clytemnestra yang Tega Membunuh Suaminya

By Tri Wahyu Prasetyo, Kamis, 12 Oktober 2023 | 12:00 WIB
Lukisan Clytemnestra oleh John Collier, 1882.
Lukisan Clytemnestra oleh John Collier, 1882. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Clytemnestra merupakan salah satu tokoh penting dalam mitologi Yunani, yang dikenal karena perannya dalam pembunuhan suaminya, Raja Agamemnon. Tak hanya itu, sederet peristiwa tragis juga turut mengikuti kisahnya.

Kisah tragis Clytemnestra dipenuhi dengan kematian serta kebohongan. Ia berakhir dengan tragis, di tangan anaknya sendiri, Orestes. 

Menurut Juan Slazar Sanchez, dilansir dari laman Symbolsage, Clytemnestra melakukan balas dendam setelah kematiannya, “sebagai hantu ia membalas dendam pada Orestes.”

Lahir di Sparta, Clytemnestra adalah salah satu dari empat anak Leda dan Tyndareus, sang penguasa Sparta. Menurut mitos yang beredar, Zeus tidur dengan Leda dalam bentuk angsa dan dia kemudian hamil, dan bertelur dua kali.

Setiap telur memiliki dua anak. Castor dan Clytemnestra lahir dari satu telur, yang diasuh oleh Tyndareus, sementara Helen dan Polydeuces diasuh oleh Zeus.

“Jadi, meskipun mereka bersaudara, mereka memiliki garis keturunan yang sama sekali berbeda, dengan dua di antaranya adalah manusia dan dua lainnya adalah manusia setengah dewa,” kata Juan.

Clytemnestra dan Agamemnon

Raja Agamemnon adalah pemimpin pasukan Yunani yang menyerang kota Troy selama Perang Troya.
Raja Agamemnon adalah pemimpin pasukan Yunani yang menyerang kota Troy selama Perang Troya. (Public Domain)

Berdasarkan versi populer, kakak beradik Agamemnon dan Menelaus tiba di Sparta di mana mereka menemukan tempat perlindungan di istana Raja Tyndareus. Tyndareus sangat menyukai Agamemnon sehingga ia memberikan putrinya Clytemnestra sebagai pengantinnya.

Namun dalam versi lain, Juan menjelaskan, Clytemnestra telah menikah dengan seorang pria bernama Tantalus. Ia memiliki seorang putra dari Tantalus, jauh sebelum dia bertemu Agamemnon.

“Agamemnon melihat Clytemnestra dan memutuskan bahwa dia ingin dia menjadi istrinya, jadi dia membunuh suami dan putranya dan mengambilnya untuk dirinya sendiri,” kata Juan.

Tyndareus ingin agar Agamemnon dibunuh. Namun, ketika ia datang untuk menghadapinya, dia menemukan Agamemnon sedang berlutut dan berdoa kepada para dewa. 

Terkejut dengan kesalehan Agamemnon, ia memutuskan untuk tidak membunuhnya. Sebaliknya, ia malah menikahkannya dengan Clytemnestra.

Mereka dikarunia seorang putra, Orestes, serta tiga putri, Chrysothemis, Electra, dan Iphigenia, yang merupakan kesayangan Clytemnestra.

Perang Troya dan Pengorbanan

Perang Troya bermula ketika Paris menculik istri Menelaus, Helen. Hal ini membuat Agamemnon, yang kala itu merupakan raja paling berkuasa di Yunani menjadi murka.

Ia memutuskan untuk membantu saudaranya mengembalikan istrinya dan berperang melawan Troya. Bagaimanapun juga, kehormatan mereka dipertaruhkan.

Namun, meskipun Agamemnon memiliki pasukan dan 1000 kapal yang siap berangkat, mereka tidak dapat memulai perjalanan mereka karena cuaca yang buruk.

Setelah berkonsultasi dengan seorang peramal, Agamemnon diberitahu bahwa ia harus mengorbankan putrinya sendiri, Iphigenia, untuk menenangkan Artemis, dewi perburuan. Hal ini akan memastikan keberhasilan dalam perang, jadi Agamemnon setuju dan mengirim pesan kepada Clytemnestra.

Agamemnon menipu istrinya dengan memintanya untuk membawa Iphigenia ke Aulis untuk dinikahkan dengan Achilles.

“Ada yang mengatakan bahwa ketika Clytemnestra dan Iphigenia tiba di Aulis, Agamemnon memberi tahu istrinya apa yang akan terjadi dan dengan ketakutan, ia memohon kepada Agamemnon untuk menyelamatkan nyawa putri kesayangannya,” kata Juan. “Namun sumber lain mengatakan bahwa Iphigenia dikorbankan secara rahasia. “

Segera setelah Iphigenia terbunuh, angin yang menguntungkan muncul, sehingga memungkinkan Agamemnon untuk pergi ke Troy dengan pasukannya.

Clytemnestra dan Aegisthus

Dengan Agamemnon pergi berperang dalam Perang Troya selama sepuluh tahun, Clytemnestra memulai perselingkuhan rahasia dengan Aegisthus, sepupu Agamemnon.

Ia punya alasan untuk marah pada Agamemnon, karena dia telah mengorbankan putri mereka. Ia mungkin juga marah padanya karena Agamemnon telah membunuh suami pertamanya dan membawanya tinggal bersamanya dengan paksa. 

“Bersama dengan Aegisthus, ia mulai merencanakan balas dendam terhadap suaminya,” terang Juan.

Ketika Agamemnon kembali ke Troy, beberapa sumber mengatakan bahwa Clytemnestra memberinya sambutan hangat. Kemudian, ketika ia mencoba untuk mandi, ia melemparkan sebuah jaring besar ke arahnya dan menikamnya dengan pisau.

Dalam catatan lain, Aegisthus memberikan pukulan yang mematikan pada Agamemnon hingga membuatnya mati.

Lukisan Clytemnestra ragu sebelum membunuh Agamemnon. (Pierre-Narcisse Guerin)

Setelah kematian Agamemnon, Clytemnestra dan Aegisthus secara resmi menikah dan memerintah Mycenae selama tujuh tahun.

Orestes, yang sebelumnya diselundupkan ke luar kota, kembali ke Mycenae untuk membalas dendam kepada mereka yang telah membunuh ayahnya. Ia menghabisi Aegisthus dan Clytemnestra.

Meskipun ia telah terbunuh, arwah Clytemnestra meyakinkan Erinyes, tiga dewi yang dikenal sebagai roh pembalasan, untuk menganiaya Orestes.

Orestes dikejar-kejar oleh para Erinyes (Kemurkaan) atas kejahatan ini sampai akhirnya ia berhasil dimurnikan oleh Apollo dan Athena.

Apakah Clytemnestra adalah Korban atau Pelaku?

Ada beberapa argumen untuk kedua sisi dari koin ini. Memang benar bahwa Clytemnestra memiliki kehidupan yang sulit karena beberapa tindakan suaminya. 

Sebagai contoh, ia kehilangan putri kesayangannya, yang membuatnya terpuruk dan menjadi penyebab atas tindakan-tindakannya di kemudian hari. 

“Ia juga dikhianati oleh Agamemnon, yang dalam beberapa versi mitos membawa Cassandra sebagai hadiah perang dan selir. Semua ini membuat Clytemnestra tidak memiliki kebebasan dan kekuasaan, tak berdaya di dunia pria,” terang Juan.

Namun, di sisi lain, ia melakukan pembunuhan berencana dan berencana untuk merebut kekuasaan dan tahta suaminya. Dalam beberapa kisah, ia membunuh Cassandra, mungkin karena cemburu.