Di Kairo, para bangsawan mulai berselisih pendapat mengenai apakah mereka akan mendengarkan seruan Selim untuk menyerah.
Sultan baru Mamluk, Tuman-bey, mendukung tercapainya kesepakatan dengan Selim. Namun, di sisi lain banyak pihak yang menginginkan berperang. Hasilnya, mereka bertempur melawan Ottoman.
Dalam pertempuran di selatan Gaza, pasukan Mamluk, di bawah komando gubernur Mamluk yang mengungsi di Damaskus, Dzhanbardi al-Ghazali terdesak. Hal ini dikarenakan Ottoman menerapkan taktik barunya.
Pada awal tahun 1517, Selim meninggalkan Damaskus bersama pasukannya. Seminggu setelah meninggalkan Damaskus, tentara Utsmaniyah pada 22 Januari 1517, mengalahkan Mamluk dalam Pertempuran Raidaniye.
Dua hari kemudian, Selim memasuki Kairo. Namun setelah itu, pertempuran sengit dimulai di kota itu, yang berpuncak pada kemenangan Ottoman.
Dalam perang tersebut, Hayden menjelaskan, kedua belah pihak sama-sama menderita kerugian yang sangat besar.
“Tuman-bey ditangkap dan dibawa ke Selim. Ia dieksekusi, dan tubuhnya digantung di gerbang kota untuk disaksikan oleh publik. Kekaisaran Mamluk dihancurkan, Mesir menjadi provinsi Kekaisaran Ottoman,” pungkasnya.