Nationalgeographic.co.id—Kekaisaran Inca membangun peradabannya melalui peperangan dan penaklukan di pegunungan Andes dan wilayah Amerika. Peperangan Kekaisaran Inca ditandai dengan mobilitas tingkat tinggi dan pertempuran jarak dekat dalam skala besar.
Sementara untuk bertahan, Kekaisaran Inca mengadopsi sistem jaringan benteng yang dapat melindungi wilayah mereka dengan lebih dari 10 juta rakyat.
Penaklukan memberi suku Inca akses terhadap sumber daya baru yang luas. Penaklukan juga memberi prestise, baik bagi penguasa maupun pejuang yang menunjukkan keberanian di medan perang.
Diplomasi adalah alat penting dalam pembentukan dan pemeliharaan kekaisaran Inca. Diplomasi digunakan berkali-kali oleh suku Inca untuk memperoleh wilayah baru dengan pertumpahan darah yang minimal.
Namun terkadang, mereka diwajibkan untuk terlibat dalam pertempuran dan beberapa wilayah kekaisaran Inca terus-menerus menolak pemerintahan di bawah kendali suku Inca.
Namun pada akhirnya, hanya kedatangan orang-orang Eropa dengan teknologi unggul yang akan menghentikan penguasa Inca memperluas kerajaan mereka tanpa henti.
Memperluas Kekaisaran IncaSuku Inca adalah diplomat yang hebat, dan mereka mampu memperluas pengaruh mereka ke seluruh wilayah Andes. Mereka menegosiasikan perjanjian perdagangan dan upeti, hingga menawarkan pertukaran hadiah yang mengesankan.
Mereka juga dapat mengatur perkawinan antar suku, dan merelokasi populasi yang bersimpati ke wilayah yang baru dikuasai atau daerah yang bermasalah. Hanya ketika strategi ini gagal barulah peperangan menjadi perlu.
Peperangan suku Inca pada masa awal hanya bertujuan untuk memperoleh kekayaan musuh, namun lambat laun, ketika mereka menjadi lebih ambisius, mereka berusaha untuk secara permanen menguasai wilayah tetangga mereka.
Suku Inca kemudian menyebarkan pengaruh mereka ke seluruh Amerika Selatan. Penaklukan penting bagi prestise seorang penguasa, tidak hanya pada masa pemerintahannya tetapi juga setelah kematiannya.
Pencapaiannya akan diceritakan dan ziarah dilakukan ke tempat-tempat kemenangan besarnya. Para penguasa secara alami ingin mengungguli para pendahulu mereka sehingga kekaisaran terus berkembang hingga ke wilayah-wilayah baru sepanjang sejarah suku Inca.
Ada juga unsur keagamaan dalam peperangan. Suku Inca memandang penaklukan mereka sebagai kelanjutan dari pemujaan terhadap dewa matahari Inti.
Oleh karena itu, gerakan didahului dengan puasa selama dua hari dan kemudian upacara pengorbanan (biasanya llama hitam dan terkadang juga anak-anak) dan pesta.
Para pendeta dan berhala menemani tentara dalam kampanye, dan acara keagamaan tertentu dihormati bahkan selama pertempuran.
Misalnya, pada bulan baru, tidak boleh terjadi pertempuran. Sebuah fakta yang dimanfaatkan Spanyol ketika mereka menyerang Cuzco pada paruh pertama abad ke-16 Masehi.
Pasukan & Struktur KomandoTentara Inca sebagian besar terdiri dari orang-orang non-Inca, yaitu orang-orang yang ditaklukkan. Mereka diwajibkan berperang sebagai bentuk upeti dengan memberikan diri mereka untuk digunakan oleh penguasa.
Oleh karena itu, tentara Kekaisaran Inca merupakan konglomerasi unit-unit etnis yang masing-masing dipimpin oleh komandan lokalnya sendiri dan bertempur dengan senjata pilihannya sendiri.
Dalam bahasa yang berbeda, unit-unit ini pasti sulit untuk dikoordinasikan di tengah panasnya pertempuran. Selain itu, para prajurit ini sebenarnya adalah petani. Karena dianggap tidak cukup kuat dan efektif, mungkin hal itu menjelaskan mengapa suku Inca akhirnya mulai membentuk tentara profesional.
Satuan dibagi menjadi desimal, kelompok terkecil terdiri dari 10 orang yang dipimpin oleh chunka kamayuq. Kemudian 100 orang dipimpin oleh pachaka kuraka, kemudian 1.000 orang di bawah waranqa kuraka, dan terakhir 10.000 orang dipimpin oleh hunu kuraka.
Petugas sering kali dikomandoi secara berpasangan, meskipun tidak jelas bagaimana pembagian tugas di antara mereka. Tentara Inca terdiri dari puluhan ribu tentara, bahkan mungkin lebih dari 100.000 dalam beberapa pertempuran.
Tentara berasal dari masyarakat non-Inca yang dipinggil secara bergilir. Laki-laki mana pun yang berusia antara pertengahan dua puluhan hingga lima puluhan yang memenuhi syarat harus ikut berperang.
Tentara dapat membawa istri mereka saat seruan perang. Laki-laki di bawah usia 25 tahun diharapkan bertindak sebagai pengangkut bagasi dan bergabung dengan rombongan non-kombatan termasuk juru masak dan pembuat tembikar.
Meskipun pasukannya adalah petani ketika tidak dibutuhkan oleh negara, semua laki-laki Inca diberikan pelatihan senjata di masa mudanya dan dilakukan dalam pertempuran ritual.
Suku Inca yang berdarah murni membentuk pasukan elit yang terdiri dari beberapa ribu orang. Terkadang mereka dilengkapi dengan pilihan-pilihan dari unit lain juga.
Mereka berperan sebagai pengawal pribadi raja Inca dan mengenakan tunik khas kotak-kotak hitam putih dengan segitiga merah cerah di bagian leher.
Komandan senior tentara biasanya berdarah bangsawan. Raja Inca adalah panglima tertinggi, ia juga sering kali memimpin pasukan di lapangan secara pribadi.
Hal itu dilakukan untuk menghindari komandan lainnya mendapatkan terlalu banyak prestise dan menjadikan diri mereka ancaman bagi pemerintahannya.
Namun, seiring dengan perluasan kekaisaran, hal ini menjadi tidak praktis bagi raja untuk absen begitu lama dari ibu kota Cuzco. Beban komando di lapangan sering kali berada di pundak saudara laki-laki atau putranya.
Bagaimanapun, komandan lapangan Kekaisaran Inca jarang melibatkan diri di garis depan, dan mereka lebih biasa mengeluarkan perintah umum dari jarak aman di pos komando.