Nationalgeographic.co.id—Alcibiades adalah seorang negarawan dan jenderal kondang Athena yang berbakat serta flamboyan. Selama Perang Peloponnesos abad ke-5 SM, ia selalu berpindah-pindah kubu yang akhirnya terkenal akan kelicikan dan pengkhianatannya.
Selain tampan dan bergelimang harta, ia juga terkenal dengan gaya hidup boros dan moralnya yang buruk. Sepanjang hidupnya, ia tak kekurangan musuh dan juga penggemar–salah satunya adalah Socrates.
Mark Cartwright, Seorang penulis dan Sejarawan yang berbasis di Prancis, mengatakan bahwa Alcibiades “adalah salah satu pemimpin paling berwarna dalam sejarah Athena Klasik.”
Kehidupan Awal Alcibiades
Lahir pada tahun 451/450 SM, Alcibiades merupakan putra dari politisi Athena Cleinias, dan ibunya Deinomache berasal dari keluarga aristokrat kuno Alkmeonidai.
Alcibiades menghabiskan masa kecilnya di rumah keluarga pamannya yang kesohor, Pericles. Di masa mudanya, ia juga merupakan murid dan teman bagi Socrates.
“Warga Athena menyaksikan dengan kagum saat pemuda yang riuh dan flamboyan ini mengikuti Socrates berkeliling, makan dan tidur dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh sang filsuf,” tulis Aiden Nel, pada laman The Collector.
Meskipun kedua orang ini telah menjalin persahabatan yang mendalam, hubungan mereka bergejolak dan bisa dibilang tidak sehat menjelang akhir hidupnya.
Sekitar 420 SM, ia diangkat menjadi jendral atau strategos. Dengan jabatan yang diembannya, ia dapat mengusulkan berbagai hal untuk agenda majelis.
“Alcibiades tidak membuang waktu dalam peran barunya dan segera menegosiasikan aliansi antara Athena, Argos, Ellis, dan Mantineia, yang akan berlangsung selama 100 tahun,” kata Mark.
Kiprah Alcibiades

Pada tahun 415 SM, Alcibiades berpidato guna membujuk warga Athena untuk meluncurkan ekspedisi militer ke Sisilia.
Dalih untuk ekspedisi ini terjadi pada tahun 416/415 SM ketika Segesta, sebuah negara kota di sebelah barat Sisilia. Segesta meminta bantuan Athena untuk melawan saingan lokal Selinus yang bersekutu dengan Syracuse.
Selain ambisi imperialis, Alcibiades mungkin mengincar kayu dari Sisilia, bahan yang sangat penting bagi angkatan laut Athena.
“Alcibiades berargumen bahwa populasi ras campuran dan ketidakstabilan politik di Sisilia akan membuat respons militer yang kuat dan terpadu tidak mungkin terjadi,” kata Mark.
Lebih lanjut, Mark menambahkan, “Alcibiades berjanji bahwa Persia dapat dibujuk untuk membantu Athena jika ada perubahan konstitusional yang dilakukan.”
Pada akhirnya, Alcibiades memenangkan suara majelis meskipun ada keraguan yang diungkapkan oleh saingannya, Nicias.
Namun, tak lama sebelum keberangkatan ekspedisi dari Athena, Alcibiades mungkin menjadi korban dari sebuah konspirasi yang terkenal.
Hermai (patung-patung dengan kepala dewa Hermes dan lingga besar yang tegak) dirusak di seluruh kota. Para pelaut armada Athena, seperti semua pelaut sebelum dan sesudahnya, adalah orang-orang yang percaya takhayul, dan karena Hermes adalah pelindung para pelancong, kepercayaan diri mereka sangat terpengaruh oleh serangan itu.
Alcibiades, yang dikenal sebagai salah satu 'pemuda emas' yang sembrono dan tidak bermoral dari kalangan aristokrasi, dijadikan tersangka utama bersama dengan beberapa orang lainnya.
Lebih buruk lagi, Alcibiades juga menghadapi tuduhan lain yang lebih serius. Ia dituding mencemarkan nama baik Misteri Eleusis dalam sebuah pesta minum-minum atau simposium.
“Mungkin karena yakin bahwa ia akan membuktikan bahwa ia tidak bersalah, Alcibiades meminta agar ia segera diadili,” kata Mark, “namun pemerintah kota menunda-nunda dan ia tetap dikirim ke Sisilia.”
Meskipun demikian, tak lama Alcibiades dipanggil kembali ke Athena untuk menghadapi vonis bersalah dari pengadilan. Ia harus menghadapi hukuman mati.
Daripada harus menghadapi hukuman mati, mungkin tak mengherankan jika Alcibiades pada saat itu lebih memilih untuk melarikan diri ke Sparta.
Alcibiades membuat dirinya berguna bagi tuan rumah barunya. Menurut para penuduhnya di Athena, ia dengan bebas memberikan rahasia negara Athena kepada Sparta.Ia juga menyarankan Sparta untuk merebut benteng Dekeleia di Athena dengan paksa (yang mereka lakukan pada tahun 413 SM).
Sementara itu, ekspedisi Athena di Sisilia merupakan bencana besar dengan kekalahan total pada tahun 414 SM dan hilangnya Nicias serta jenderal berbakat Demosthenes.
Mengutip murid Socrates, Xenophon, Mark mengatakan “Alcibiades telah menyarankan Sparta untuk mengirim jenderal Gylippos untuk membantu Sisilia yang terkepung.”
Alcibiades segera kehilangan dukungan di Sparta, khususnya oleh Raja Agis, sehingga ia bergabung dengan gubernur Persia, Satrap Tissaphernes.
Alcibiades mendorong Persia untuk tetap bersahabat dengan Athena dan Sparta. Namun pada saat yang sama juga, Alcibiades berusaha meyakinkan armada Athena yang berbasis di Samos bahwa dialah orang yang tepat untuk merundingkan persekutuan Athena-Persia.
Alcibiades tahu bahwa hal ini hanya mungkin terjadi jika sebuah oligarki mendapatkan kendali politik di Athena. Untuk itu, ia dikirim ke Athena dan membujuk para bangsawan yang tidak puas untuk melakukan kudeta. Hal ini berhasil, dan demokrasi pun berganti menjadi oligarki.
Alcibiades diangkat menjadi strategos oleh angkatan laut di Samos. Ia memimpin armada menuju kemenangan atas Sparta di Cyzicus di Hellespont pada tahun 410 SM. Kemenangan Athena lainnya termasuk kekalahan Satrap Persia Pharnabazos di Abydos dan perebutan Bizantium.
Pada tahun 407 SM, Alcibiades kembali ke Athena dengan penuh kemenangan. Tuduhan-tuduhan lama terhadapnya dicabut.
Sebagai penghargaan atas usahanya, ia diangkat menjadi strategos autokrater sekali lagi, namun kali ini di atas jenderal-jenderal lainnya. Dengan demikian, Alcibiades kini menjadi panglima tertinggi angkatan bersenjata Athena.
Suatu waktu, Alcibiades bertugas memadamkan pemberontakan di Andros, diikuti dengan ekspedisi untuk memerangi poleis di Ionia utara. Saat berada di sana, ia mempercayakan komando armada di Samos kepada seorang bernama Antiokhos.
Pada tahun 406 SM, komandan Sparta, Lysander memanfaatkan ketidakhadiran Alcibiades dan dengan mudah mengalahkan angkatan laut Athena di Notium. Kekalahan ini adalah salah satu momen kunci dalam Perang Peloponnesia.
Mark menjelaskan, Alcibiades disalahkan atas kelalaiannya. Akibatnya, ia pergi untuk tinggal di Thrace pada tahun 404 SM.
“Pada tahun yang sama, setelah berlindung dengan Pharnabazus dari Persia, Alcibiades dibunuh di Frigia, kemungkinan besar karena campur tangan Lysander dan Tiga Puluh Tiran Athena,” pungkas Mark.