“Perempuan mempunyai peralatannya sendiri. Mereka memiliki senjata favorit mereka. Nenek adalah pemburu terbaik di desa," kata Cara Wall-Scheffler, profesor biologi di Seattle Pacific University yang terlibat dalam penelitian tersebut, dikutip dari NPR.
Dalam studi yang sama, perempuan ternyata berperan aktif untuk mengajarkan cara berburu. Dibandingkan dengan laki-laki, perempuan ternyata lebih banyak menggunakan variasi senjata dan strategi berburu.
Contohnya dalam komunitas Aeta, laki-laki lebih sering berburu sendirian atau berpasangan. Berbeda dengan perempuan yang memiliki ragam strategi, bisa bersama kelompok perempuan lainnya, anak-anak, atau anjing.
Meskipun terdapat perbedaan kebiasaan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat berburu, tetapi tidak ada peraturan kaku yang membatasi siapa yang harus berburu. “Jika seseorang suka berburu, mereka bisa saja berburu,” kata Wall-Scheffler.
Masih banyak berbagai penelitian yang mengungkapkan perempuan punya fisik memumpuni dalam berbagai aktivitas, dan diyakini telah berperan sangat penting pada masyarakat purbakala untuk berburu. Tentunya, ragam temuan seperti ini membuka percakapan publik tentang peran gender dan permasalahan bersifat patriarki.
"Berburu mungkin telah diubah menjadi aktivitas maskulin akhir-akhir ini, namun dalam sebagian besar sejarah manusia, aktivitas tersebut adalah milik semua orang," pungkas Ocobock dan Lacy.