Meski Terpuruk, Bagaimana Kekaisaran Bizantium Menghadapi Invasi Arab?

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 21 Oktober 2023 | 09:00 WIB
Bizantium selamat dari invasi Arab dengan mengembangkan sistem pertahanan baru. ( Angus McBride/sprey Publishing)

“Setelah musuh utama Bizantium, Kekaisaran Sassaniyah dikalahkan, perampingan tentara dipandang sebagai keputusan taktis yang akan menghemat biaya dan memastikan keamanan internal,” kata Michael.

Namun, ancaman tak terduga segera muncul dari padang pasir Arab, tepatnya pada pertengahan tahun 630-an. Bangsa Arab, yang baru saja bersatu di bawah agama Islam, tentu menjadi ancaman serius bagi Bizantium.

Pasukan Arab menyerbu Yordania dan Suriah. Upaya tersebut direspon Bizantium dengan mengirim pasukannya. Tanpa diduga, Pertempuran Yarmouk yang menentukan pada tahun 636 M menghasilkan penghancuran pasukan Bizantium yang besar. 

Pasukan ini terdiri dari banyak pasukan terbaik Bizantium. Kekaisaran Bizantium yang masih dalam masa pemulihan ekonomi dan militer, tidak memiliki kemampuan untuk dengan mudah merekrut pasukan pengganti. 

Kekalahan besar ini mengakibatkan pendudukan Arab atas sebagian besar wilayah Suriah dan Palestina.

Michael menjelaskan, hilangnya provinsi-provinsi kaya di Suriah dan Palestina “mengharuskan Bizantium untuk memikirkan kembali doktrin militernya untuk menciptakan alternatif yang layak dengan sumber daya yang lebih sedikit.”

“Tema”, Sistem Pertahanan Baru Bizantium

Di seberang jurang terbentang medan perang Yarmouk, pemulihan Bizantium setelah Pertempuran Yarmouk berasal dari penggunaan sistem organisasi militer yang baru. (Friedlibend und tapfer / CC BY-SA 3.0 )

Pasca Pertempuran Yarmouk, Kekaisaran Bizantium pulih secara bertahap. Mereka melakukan pengembangan bertahap sistem organisasi provinsi dan militer baru.

Awal dari struktur yang kemudian dijuluki 'sistem tema', terjadi selama abad ketujuh–Bizantium tidak menggunakan istilah theme itu sendiri sampai sekitar tahun 805 Masehi. 

Sistem ini melibatkan reorganisasi militer dan politik dari provinsi-provinsi Romawi kuno menjadi distrik-distrik baru yang ditarik berdasarkan garis-garis militer. Secara umum diyakini bahwa pasukan lapangan lama dari Bizantium awal diadaptasi menjadi pasukan statis yang menetap di distrik-distrik tertentu.

Tentara tematik, bukanlah tentara yang berdiri sendiri, melainkan terdiri dari orang-orang yang direkrut secara lokal. Penduduk setempat dilatih sebagai tentara, diharuskan melengkapi diri mereka sendiri untuk berperang.