Meski Terpuruk, Bagaimana Kekaisaran Bizantium Menghadapi Invasi Arab?

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 21 Oktober 2023 | 09:00 WIB
Bizantium selamat dari invasi Arab dengan mengembangkan sistem pertahanan baru. ( Angus McBride/sprey Publishing)

Seorang Kaisar dapat menggunakan pasukan tematik dalam sebuah operasi militer. Kaisar maupun orang yang ditunjuk, menjemput tentara dari setiap distrik untuk melakukan operasi di Timur.

Dalam sistem baru ini, para prajurit dibebaskan dari pajak dan pajak tambahan sebagai imbalan atas pelayanan militer yang mereka berikan. Mereka juga mendapatkan tanah di distrik-distrik yang menjadi wilayah tugas mereka.

Michael menjelaskan, dengan diberi tanah, diharapkan mereka memiliki penghasilan untuk membeli kuda dan senjata. Hal ini akan menghemat perbendaharaan Kekaisaran Bizantium 

Sistem Pertahanan Bizantium Terbaik adalah Pertahanan Geografis

Sistem pertahanan Bizantium yang baru pada pertengahan dan akhir abad ketujuh berpusat di Anatolia di Timur. Kekaisaran Bizantium menghadapi tantangan logistik yang besar karena topografi Anatolia yang dapat menghambat efektivitas militer mereka. 

Medan yang sulit dan jarak yang jauh di Anatolia membuat pasukan membutuhkan waktu lama untuk tiba di tempat yang dituju. Mereka hanya bergerak sekitar 12 hingga 16 kilometer setiap harinya.

Di sisi lain, Musuh-musuh Bizantium secara alami menghadapi masalah logistik yang sama di Anatolia. Tak hanya itu, mereka juga menghadapi bahaya tambahan karena berada di wilayah musuh.

Pasukan musuh yang tak akrab dengan medan, akan menyulitkan pergerakan mereka. Hal inilah yang menguntungkan bagi Kekaisaran Bizantium.

Michael menjelaskan, tentara Bizantium memanfaatkan dataran tinggi untuk mempertahankan wilayah mereka. 

“Para pengintai ditempatkan di dan dekat perbatasan untuk mengawasi pergerakan musuh dan memberi tahu penduduk sipil dan militer tentang potensi serangan ke wilayah Bizantium,” jelasnya. 

Namun, strategi ini memiliki kelemahan, yaitu penduduk pedesaan menderita akibat serangan Arab, sehingga mengganggu produktivitas dan keamanan penduduk Bizantium di daerah tersebut.

Pertahanan Baru untuk Bizantium

Karena Bizantium kini berada dalam posisi defensif, mereka mengembangkan organisasi militer yang berbeda dari yang digunakan dalam Strategikon karya Maurice.

"Sebuah sistem peringatan dan pertahanan dibangun untuk melawan para penyerbu sehingga penduduk diberitahu dan memiliki waktu untuk menyembunyikan diri dan harta benda bergerak mereka dari penjajah Arab," kata Micahel.

Kekaisaran Bizantium memiliki banyak senjata rahasia. Salah satunya adalah api Yunani yang menjadi senjata andalan menghalau musuh di laut. (Codex Skylitzes Matritensis)

Contoh paling terkenal dari hal ini adalah serangkaian sinyal api yang membentang dari Pegunungan Taurus hingga Konstantinopel yang konon dibangun pada abad kesembilan.

Di Anatolia, kedua belah pihak melakukan peperangan dengan anggaran rendah, bukan perang besar. Namun ada beberapa pengecualian kasus. Salah satu contohnya adalah pengepungan Konstantinopel dari tahun 674 hingga 678 Masehi.

Meskipun jumlah tentara Arab lebih unggul, pasukan Bizantium menggunakan senjata baru: Api Yunani. Senjata kuat tersebut dikolaborasikan dengan peperangan defensif yang akan menguntungkan bagi Kekasiaran Bizantium.

"Pengenalan taktik baru ini membantu Bizantium bertahan dari serangan raksasa Arab," jelas Michael.