Erinyes, Dewi-Dewi Kemurkaan dan Balas Dendam dalam Mitologi Yunani

By Ricky Jenihansen, Minggu, 29 Oktober 2023 | 07:00 WIB
Lukisan Orestes yang membunuh ibunya dan dikejar oleh para Erinyes. (William-Adolphe Bouguereau (1825–1905)/Google Art & Culture Project/Wikimedia Commons)

Mereka juga menonjol dalam karya penulis Yunani kuno, khususnya Aeschylus, Euripides, dan Sophocles.

Oresteia karya Aeschylus, satu set tiga drama (Agamemnon, The Libation Bearers, dan The Eumenides) merinci kisah Orestes. Ia membunuh ibunya Clytemnestra karena membunuh ayahnya Agamemnon dan kemudian diadili atas tindakan tersebut oleh Erinyes.

Dalam drama pertama trilogi, Agamemnon, raja eponymous kembali ke Mycenae dari Perang Troya untuk bertemu istrinya. Istrinya Clytemnestra sangat marah sejak dia pergi.

Yang mengerikan, Agamemnon mengorbankan putri mereka Iphigenia untuk berlayar ke Troy setelah dewi Artemis menghentikan angin.

Clytemnestra berusaha membalas dendam atas pembunuhan tersebut. Ia dengan kekasihnya dan sepupu suaminya Aegisthus sebagai kaki tangannya, membunuh suaminya dan Cassandra, seorang wanita Trojan yang ditawannya.

Kemudian, dalam The Libation Bearers, Orestes, putra Clytemnestra dan Agamemnon, pulang ke Argos bertahun-tahun setelah pembunuhan ayahnya. Ia pulang untuk membalas dendam pada ibunya sendiri, yang telah naik takhta bersama kekasihnya.

Dalam perjalanan pulang, dia bertemu saudara perempuannya, Electra yang sedang mempersembahkan persembahan di makam ayah mereka. Bersama-sama, mereka menyusun rencana untuk membunuh ibu mereka dan kekasihnya Aegisthus.

Orestes menyelinap ke istana tanpa dikenali dan membunuh Aegisthus. Ketika dia pergi untuk membunuh ibunya Clytemnestra, dia ragu-ragu karena ibunya memohon agar putranya mengasihani dia.

Setelah membunuhnya, Erinyes mendatangi pria tersebut karena melakukan pembunuhan ibu. Tindakan itu melanggar hubungan suci antara seorang ibu dan anaknya.

Pelukis sepanjang sejarah sering menggunakan gambaran Orestes yang disiksa oleh para dewa dalam karya mitologi Yunani mereka.

Karya ketiga dan terakhir dari siklus ini, The Eumenides, berupaya menggambarkan bagaimana keadilan dan aturan peradilan dikodifikasi dalam masyarakat Yunani kuno.